Senin, 01 April 2013

UNFORGETABLE (TEASER)


Yoora berlari menyusuri lorong-lorong stasiun kereta api. Sementara kakinya terus berpacu, Yoora berpikir. Ia sendiri tak yakin kenapa ia ikut-ikutan berlari dari kejaran orang tidak jelas yang bahkan tidak dikenalnya. Insting manusia yang membuatnya spontan berlari ketika beberapa saat yang lalu dilihatnya seorang pria yang berlari secepat kilat diikuti segerombolan orang yang terlihat seperti preman jalan berwajah beringas mendekatinya. Pria itu sempat menatap Yoora dan meraih tangannya sekilas, dan hal itu membuat naluri Yoora merasa ikut terancam. Tanpa sadar Yoora berlari dari kejaran gerombolan preman yang jumlahnya cukup banyak. “Sini”, Yoora merasa tubuhnya tertarik, sebuah tangan besar mengunci mulutnya. Yoora gemetar sontak memejamkan mata, ia takut, meringkuk, pasrah. Ia masih bisa mendengar derap kaki yang gaduh berkeliaran disekitarnya. Beberapa waktu kemudian, suasana mejadi hening. Langkah-langkah kaki itu mulai menjauh, hilang. Yoora masih saja memejamkan matanya.
Tangan yang sebelumnya membekapnya terlepas, tapi Yoora masih terpejam, ia mundur, berharap tembok dibelakangnya bisa bergeser sedikit banyak tapi itu mustahil. Yoora memalingkan mukanya masih terpejam. Ia tak bisa membayangkan preman apa yang sedang menyekapnya sekarang ini. Wajah brewokan, muka beringas, kumal, jelek, dan mengerikan, semua itu berkelebatan dibenaknya hingga membuatnya tak berani membuka celah matanya sedikitpun. Perasaan mencekam semakin menggerogoti batin Yoora saat tiba-tiba ia mendengar pria didepannya tertawa pelan, mirip berdesis. Bulu kuduk Yoora sertamerta berdiri begitu saja. Yoora menyilangkan kedua tangannya menutupi wajah dan tubuhnya sambil mengambil ancang-ancang ditempat sempit itu.
“Jangan! Jangan! Aku sama sekali tidak menggiurkan! Kadas, kudis, kurap, panu! Kolera!!”, Yoora sejenak berpkir, kira-kira penyakit kulit apasaja yang belum ia sebutkan. “Panuu…e….lepra….yah! apapun itu….aku mengidapnya!! Kalau kau tak mau tertular, PERGIII!!! JANGAN DEKATI AKUUU!!!!”, Yoora akhirnya berteriak, ia hampir frustasi membayangkan kalau hal yang ia lakukan sekarang tak cukup baik untuk melindungi nyawanya yang sedang terancam.
“Muaahahahahahahahaha”, Yoora bisa mendengar pria didepannya itu malah justru tertawa. Yoora bergidik heran sekaligus bertambah takut. Ia hampir menangis. “Yak!!”, seru pria itu kemudian. Ia menyentuh tangan Yoora dan menurunkannya. “Yoora~yah….kau lucu sekali…hfhfhfhfhf”, pria itu menahan tawanya, memandang yoora dengan mata menyipit dan mendekatkan wajahnya kearah gadis itu untuk melihat wajahnya lebih dekat.
Yoora mengerjap, ia membuka matanya perlahan dan menoleh. Ia terkejut, karena bukan tampang seorang pria brewokan bermata merah, dan bergigi taring yang ia dapati. Sama sekali. Sebagian hatinya menjerit lega, namun sebagian hatinya lagi masih dicekam ketakutan. Bisa saja kan, meski wajahnya tidak seram seperti yang ia bayangkan, tapi ternyata pria didepannya ini adalah tukang mutilasi yang berkedok wajah malaikat. Yoora memberanikan diri menatap pria dihadapannya. Sedikit mempraktekan ilmu psikologi yang ia dapat dari salah satu mata pelajaran dikuliahnya, ia menerka-nerka maksud jahat yang mungkin terkandung dimata laki-laki berpupil cokelat terang itu. 
“Kk…kau m..mau apa???”, tanya Yoora setengah berteriak saat pria itu justru makin mendekatkan wajahnya ke wajah Yoora. Hidung mancung pria itu hampir menyentuh hidung yoora, setengah inchi lagi. Yoora hampir menjerit, tapi kemudian ada sesuatu yang lain yang terlintas dikepalanya. Sesuatu yang terlambat untuk disadarinya. “Tu…tunggu!! Bagaimana kau tahu namaku?”, Yoora mendorong tubuh pria itu dengan telunjuknya, takut-takut.
Pria itu menyeringai memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapih. “Bodoh”, ujar pria itu dan menempelkan telunjuknya tepat didahi Yoora. “Kau benar-benar tidak tahu? Atau pura-pura tidak tahu?”, Pria itu menghentakkan kedua telapak tangannya tepat dibelakang tembok yang Yoora sandari.
“A…apa??”, Yoora shock. Dugaannya tepat, pria ini berniat macam-macam dengannya. Ia merasa sebentar lagi nyawanya akan melayang ditangan pria ini. Dalam hati ia menyesali, seharusnya ia mengambil kursus beladiri untuk berjaga-jaga dari hal semacam ini. “Jj…jangaaan~ kumohon jangan perkosa aku!”, Yoora merengek, mulai terisak membayangkan hal yang paling mengerikan yang bisa terjadi pada dirinya. “Aku masih dibawah umur tuaaann~, lepaskan aku~”, Yoora mengatupkan kedua tangannya memohon-mohon. Masih dengan posisi yang terkancing ditembok. “Ambil saja uangku….a…atau ponselkkk~~ ku??”, Yoora mengerjap, ucapannya tertahan. Sama sekali tak mengira bibir pria itu kini menempel dibibirnya, beberapa detik. Sekilas, jantung yoora berdesir. Hanya beberapa detik itu cukup untuk membuat Yoora keringat dingin. Pria itu kini menatapnya, memegang dagu Yoora sambil menyeringai kejam. Yoora masih shock, ia tak begerak sedikitpun, sampai pria itu akan mulai menciumnya lagi, Yoora tersentak dan mengambil alih lagi kesadaran yang sempat hilang beberapa detik karna ciuman tadi.
“Gyaaaaaaaaaaahhh!!!!!”, Yoora berteriak histeris dan menampar pria itu. Sesuatu yang paling ekstrim yang mampu ia lakukan.
“Ya Tuhan! Teriakanmu itu~”, pria itu menggosok sebelah kupingnya yang berdenging. “Benar?? Kau tidak tahu aku??”, kini pria itu terlihat frustasi, mengacak rambutnya sendiri dan mengusap-usap pipinya yang panas. “AKU SUAMIMU!”.
What?????
TBC 
Comment Please :)