YOU ARE MY EXTRAORDINARY PERSON , 1ST Chapt.
Soul of Story
Apa kau pernah merasa menyukai
seseorang yang bukan hanya menurutmu dia keren. Tapi secara umum dan pasti dia
mengagumkan bagi banyak orang. Ya….kau bisa mengumpamakannya sebagai seorang
artis. Artis terkenal dengan sejuta pesonanya. Dimanapun dan kapanpun aura-aura
menyilaukan yang secara kasat mata tak terlihat bersinar dan memukau setiap
orang. Tapi disini yang kuceritakan bukanlah seorang artis. Dia adalah orang
biasa. Memang, disekolahku dia lebih mirip artis. Semua orang menggilainya,
terutama para gadis. Ya, dia seorang pria. Mungkin beberapa gadis sering
membicarakannya yang seperti sesosok pangeran. Nyaris tanpa celah. Tampan,
berpendidikan (tentu, dia pintar, jenius malah), dan berlatar belakang keluarga
yang sangat baik. Tapi ada satu kekurangan laki-laki itu. Kepribadiannya kurang
baik. Dia tidak pernah benar-benar bersosialisi. Kalau kalian lihat, ia selalu
berjalan dengan banyak orang di sekelilingnya. Tapi bisa ku katakan pada
kalian, ia tak punya teman sama sekali. Orang-orang yang berkeliaran
disekeliling pangeran itu tak ubahnya sekedar stalker. Mereka yang kebanyakan wanita itu cuma asik menguntit.
Beberapa laki-laki malah terlihat seperti bodyguardnya kesana kemari
yang…yah…kalian tahu, ikut menumpang tenar juga. Baek Kyung Soo, namanya. Ia
terlihat lebih suka menyendiri. Jarang tersenyum, hampir tidak pernah. Tidak
pernah terlihat tertarik pada wanita dalam bentuk apapun. Pria ini juga miskin
ekspresi. Kau tak akan melihat senyumnya, kalau ia tak benar-benar sedang berbahagia,
begitu pula sebaliknya. Kurasa, jika ada seseorang terutama wanita yang masih
menyukainya dengan kepribadian seperti itu, ia sudah pasti gila. Dan, ternyata
ungkapan gila itu menunjuk pada diriku sendiri.
One
Bel
istirahat pertama bergema. Hampir semua murid di kelas 2 A keluar dari kelas
dengan teratur. Tak terkecuali Shin Min Gi. Ia dan seorang temannya sedang
berjalan keluar kelas ketika di lihatnya Kyung Soo berdiri mendekat ke jendela
sambil memasang earphonenya.
“Jung Ah~ya, kau boleh duluan ke
kantin, aku mau mengambil sesuatu dulu”, bisik Min Gi saat ia hampir mencapai
ambang pintu.
Jung Ah mengangguk pelan dan
berkata, “Ok, aku duluan. Aku hampir mati kelaparan.”, dan gadis berambut ikal
sebahu itupun berjalan terus keluar meninggalkan Min Gi. Min Gi berjalan pelan
kea rah bangkunya, dan mencoba untuk tak begitu terlihat sedang memperhatikan
Kyung Soo. Gadis itu mulai berpura-pura sibuk merogoh laci bangkunya dengan
tatapan mata yang terus menerus tertuju pada Kyung Soo. Kyung Soo yang tidak
menyadari hal itu adalah saat yang paling membahagiakan Min Gi. Ia bisa bebas
memandang laki-laki itu tanpa seorangpun tahu atau memergokinya dan mengetahui
kalau ia adalah salah satu dari sekian banyak penggemar dari laki-laki tampan
bernama Kyung Soo itu. Tak seorangpun tahu bahwa Min Gi telah menjelma menjadi
salah satu penggila seorang Kyung Soo. Sejauh ini rahasianya masih aman. Kim
Jung Ah sahabatnya bahkan tak sanggup mencium rahasianya.
Kyung
Soo terus saja memandang keluar jendela sambil mendengarkan lagu yang mengalun
lewat Ipod miliknya menggunakan earphone. Meski terlihat bibirnya
berkomat-kamit bersenandung, wajah pemuda itu tetap datar, tanpa ekspresi. Ia
memandang lapangan futsal di bawah, memperhatikan gerombolan laki-laki yang
tengah berpeluh keringat mengejar dan berebut bola. Beberapa siswi terlihat duduk-duduk
bercerita sambil mengunyah roti di mulut mereka. Ngomong-ngomong soal roti,
Kyung Soo sama sekali belum makan apa-apa hari ini. Sejujurnya dari kemarin
malampun ia sama sekali tak menyentuh makan malam di rumahnya. Tapi anehnya, ia
tak lapar sedikitpun. Dan terlebih lagi ia merasa malas untuk turun ke kantin
dan bertemu serigala-serigala yang berkedok TEMANnya. Ah, dia benci dengan
kata-kata itu. Ia bersyukur berada di kelas tanpa seorangpun di dalamnya. Ini
salah satu hal yang bisa membuatnya lega dan sedikit senang. Setidaknya itu
sebelum ia menyadari bahwa ada orang lain di dalam kelas saat itu selain dia.
Dan yang terpenting, orang itu tengah sangat intens memperhatikannya dari ujung
kepala sampai kaki.
Shin Min Gi masih selamat
sebelum bolpoint dari dalam lacinya tak sengaja tersenggol dan meluncur jatuh.
Meski tak begitu mengagetkan, Kyung Soo menyadari hal itu. Ia melepas sebelah
earphonenya dan menoleh. Min Gi merutuki dirinya sendiri. “Bodohhhhh! Bodoh!
Bodoh!”, jeritnya dalam hati. Sesaat pandangan mata Kyung Soo tertumpu padanya.
Alis tebal Kyung Soo sedikit berkerut, dan memandang gadis itu dengan tajam.
Min Gi segera saja mengalihkan pandangannya, dan mengatur suasana hatinya. Ia
berpura-pura menggerundel sambil membongkar-bongkar isi tasnya. “di…di mana
dompetku”, ide bagus, pikirnya. Strategi dompet. Laki-laki itu tak mungkin tahu
kan? Tak mungkin Kyung Soo sempat melihatnya memperhatikan Kyung Soo dengan air
liur yang hampir menetes kan? Ini memalukan. Min Gi berusaha membuat wajahnya
terlihat innocent. Tak mudah memang, karena jantungnya saat ini berdebar begitu
kerasnya.
“Kau cari apa?”.
Min Gi menoleh, takjub dan
terkejut mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir Kyung Soo. Bagaimana
tidak, meski ia sekelas dengan Kyung Soo selama hampir 2 tahun ini, ia tak
pernah benar-benar berbicara padanya. Otot di sekitar rahang Min Gi rasanya
mulai mengeras. Beberapa detik ia tak sanggup menggerakkan mulutnya. Ia tak
berkedip menatap Kyung Soo yang sekarang juga sedang menatap ke arahnya.
“Apa kau mencari dompetmu?”,
tanya Kyung Soo.
Min
Gi membelalakkan matanya dan mulai mengangguk. “I…iya.”, syukurlah. Sepertinya
peredaran darah di rahangnya sudah mulai lancar, karena fungsinya sudah mulai
berjalan normal. Anggukan Min Gi disambut dengan desahan Kyung Soo. Laki-laki
itu membalikkan tubuhnya menghadap Min Gi. Ia menunjuk tangan kiri Min Gi
dengan matanya. “Apa benda berwarna hitam di tangan kirimu itu tempat pensil?”,
nadanya menyindir. Min Gi menurunkan pandangannya dari Kyung Soo dan menatap
tangan kirinya. Gadis itu kemudian berdesis dan meracau dalam hati. Ia
menggigit bibirnya lalu tersenyum paksa. “Ahh, ya…..ya ampun. Hahaha….” Tawanya
garing dan salah tingkah. “Bodoh, bodoh bodoh!”, jeritnya dalam hati.
“Heehe..he…maaf mengganggu. Annyeong!”, Min Gi beranjak dari bangkunya dan
berlari secepat kilat untuk kabur. Kyung Soo memandang gadis itu yang dengan
cepat menghilang dari ambang pintu kelas. Speninggal gadis itu Kyung Soo
kembali mendesah. Ia kembali memasang earphone di telinganya. Namun kali ini ia
duduk dibangkunya.
Two
Min Gi berjalan terseok saat melewati gang
kecil menuju rumahnya. Ia masih menggeleng-gelengkan kepalanya tak jelas.
Kejadian hari ini masih berputar-putar di atas kepalanya. Ia mencoba
mengenyahkan hal itu dari ingatannya. Rasa malu yang baru saja menampar
wajahnya hari ini, bagaimana mungkin Min Gi masih punya muka untuk sekedar tak
sengaja bertatapan dengan Kyung Soo besok di sekolah. Ya Tuhan, kisah cintaku yang bahkan belum mulai bersemi sudah pupus
begitu saja, habis sudah. Min Gi menyesal, kenapa ia tak melanjutkan
niatnya untuk meloncat dari atap gedung tadi. Toh, walaupun ia tetap hidup
sampai sekarang, masa depan romansanya tak akan pernah indah mulai hari ini. Laki-laki
yang begitu dikaguminya secara diam-diam itu rasanya semakin menjauh akibat
keteledorannya sendiri. Min Gi mulai menepuk-nepuk pipinya. Hey, apa kau sudah gila? Bermimpi pun bisa
merasakan romansa pencintaan yang romantis dengan Kyung Soo adalah hal yang
gila. Mengagumi saja sudah terlalu beresiko bagiku. Min Gi berulang kalo
meremas gemas rambutnya.
“Oh...nuna?”.
Min
Gi terkejut dan mengangkat kepalanya. Matanya silau, lampu jalan yang berada
tepat di belakang sesosok hitam itu membuat Min Gi makin tak mampu
mengenalinya. Ditambah lagi, entah itu orang atau apa, ia memakai tudung kepala berwarna hitam.
“Apa
kau malaikat maut?”, tanya Min Gi dengan sedikit gemetar.
“kkk..kka…akk..”, Min Gi merasa lidahnya kelu. Tak menyangka harapannya untuk
segera menghilang dari dunia ini akan terkabul sebentar lagi. To Be Continued.......
Wait Until Next Chapter.....
tinggalkan jejak kalau suka akan ff ini dan ingin mendapatkan lanjutannya :>