Kamis, 20 Maret 2014

YOU ARE MY EXTRAORDINARY PERSON | 1ST | Straight

YOU ARE MY EXTRAORDINARY PERSON , 1ST Chapt.
Soul of Story
                Apa kau pernah merasa menyukai seseorang yang bukan hanya menurutmu dia keren. Tapi secara umum dan pasti dia mengagumkan bagi banyak orang. Ya….kau bisa mengumpamakannya sebagai seorang artis. Artis terkenal dengan sejuta pesonanya. Dimanapun dan kapanpun aura-aura menyilaukan yang secara kasat mata tak terlihat bersinar dan memukau setiap orang. Tapi disini yang kuceritakan bukanlah seorang artis. Dia adalah orang biasa. Memang, disekolahku dia lebih mirip artis. Semua orang menggilainya, terutama para gadis. Ya, dia seorang pria. Mungkin beberapa gadis sering membicarakannya yang seperti sesosok pangeran. Nyaris tanpa celah. Tampan, berpendidikan (tentu, dia pintar, jenius malah), dan berlatar belakang keluarga yang sangat baik. Tapi ada satu kekurangan laki-laki itu. Kepribadiannya kurang baik. Dia tidak pernah benar-benar bersosialisi. Kalau kalian lihat, ia selalu berjalan dengan banyak orang di sekelilingnya. Tapi bisa ku katakan pada kalian, ia tak punya teman sama sekali. Orang-orang yang berkeliaran disekeliling pangeran itu tak ubahnya sekedar stalker. Mereka yang kebanyakan wanita itu cuma asik menguntit. Beberapa laki-laki malah terlihat seperti bodyguardnya kesana kemari yang…yah…kalian tahu, ikut menumpang tenar juga. Baek Kyung Soo, namanya. Ia terlihat lebih suka menyendiri. Jarang tersenyum, hampir tidak pernah. Tidak pernah terlihat tertarik pada wanita dalam bentuk apapun. Pria ini juga miskin ekspresi. Kau tak akan melihat senyumnya, kalau ia tak benar-benar sedang berbahagia, begitu pula sebaliknya. Kurasa, jika ada seseorang terutama wanita yang masih menyukainya dengan kepribadian seperti itu, ia sudah pasti gila. Dan, ternyata ungkapan gila itu menunjuk pada diriku sendiri.
One
Bel istirahat pertama bergema. Hampir semua murid di kelas 2 A keluar dari kelas dengan teratur. Tak terkecuali Shin Min Gi. Ia dan seorang temannya sedang berjalan keluar kelas ketika di lihatnya Kyung Soo berdiri mendekat ke jendela sambil memasang earphonenya.
                “Jung Ah~ya, kau boleh duluan ke kantin, aku mau mengambil sesuatu dulu”, bisik Min Gi saat ia hampir mencapai ambang pintu.
                Jung Ah mengangguk pelan dan berkata, “Ok, aku duluan. Aku hampir mati kelaparan.”, dan gadis berambut ikal sebahu itupun berjalan terus keluar meninggalkan Min Gi. Min Gi berjalan pelan kea rah bangkunya, dan mencoba untuk tak begitu terlihat sedang memperhatikan Kyung Soo. Gadis itu mulai berpura-pura sibuk merogoh laci bangkunya dengan tatapan mata yang terus menerus tertuju pada Kyung Soo. Kyung Soo yang tidak menyadari hal itu adalah saat yang paling membahagiakan Min Gi. Ia bisa bebas memandang laki-laki itu tanpa seorangpun tahu atau memergokinya dan mengetahui kalau ia adalah salah satu dari sekian banyak penggemar dari laki-laki tampan bernama Kyung Soo itu. Tak seorangpun tahu bahwa Min Gi telah menjelma menjadi salah satu penggila seorang Kyung Soo. Sejauh ini rahasianya masih aman. Kim Jung Ah sahabatnya bahkan tak sanggup mencium rahasianya.
Kyung Soo terus saja memandang keluar jendela sambil mendengarkan lagu yang mengalun lewat Ipod miliknya menggunakan earphone. Meski terlihat bibirnya berkomat-kamit bersenandung, wajah pemuda itu tetap datar, tanpa ekspresi. Ia memandang lapangan futsal di bawah, memperhatikan gerombolan laki-laki yang tengah berpeluh keringat mengejar dan berebut bola. Beberapa siswi terlihat duduk-duduk bercerita sambil mengunyah roti di mulut mereka. Ngomong-ngomong soal roti, Kyung Soo sama sekali belum makan apa-apa hari ini. Sejujurnya dari kemarin malampun ia sama sekali tak menyentuh makan malam di rumahnya. Tapi anehnya, ia tak lapar sedikitpun. Dan terlebih lagi ia merasa malas untuk turun ke kantin dan bertemu serigala-serigala yang berkedok TEMANnya. Ah, dia benci dengan kata-kata itu. Ia bersyukur berada di kelas tanpa seorangpun di dalamnya. Ini salah satu hal yang bisa membuatnya lega dan sedikit senang. Setidaknya itu sebelum ia menyadari bahwa ada orang lain di dalam kelas saat itu selain dia. Dan yang terpenting, orang itu tengah sangat intens memperhatikannya dari ujung kepala sampai kaki.
                Shin Min Gi masih selamat sebelum bolpoint dari dalam lacinya tak sengaja tersenggol dan meluncur jatuh. Meski tak begitu mengagetkan, Kyung Soo menyadari hal itu. Ia melepas sebelah earphonenya dan menoleh. Min Gi merutuki dirinya sendiri. “Bodohhhhh! Bodoh! Bodoh!”, jeritnya dalam hati. Sesaat pandangan mata Kyung Soo tertumpu padanya. Alis tebal Kyung Soo sedikit berkerut, dan memandang gadis itu dengan tajam. Min Gi segera saja mengalihkan pandangannya, dan mengatur suasana hatinya. Ia berpura-pura menggerundel sambil membongkar-bongkar isi tasnya. “di…di mana dompetku”, ide bagus, pikirnya. Strategi dompet. Laki-laki itu tak mungkin tahu kan? Tak mungkin Kyung Soo sempat melihatnya memperhatikan Kyung Soo dengan air liur yang hampir menetes kan? Ini memalukan. Min Gi berusaha membuat wajahnya terlihat innocent. Tak mudah memang, karena jantungnya saat ini berdebar begitu kerasnya.
                “Kau cari apa?”.
                Min Gi menoleh, takjub dan terkejut mendengar kata-kata itu meluncur dari bibir Kyung Soo. Bagaimana tidak, meski ia sekelas dengan Kyung Soo selama hampir 2 tahun ini, ia tak pernah benar-benar berbicara padanya. Otot di sekitar rahang Min Gi rasanya mulai mengeras. Beberapa detik ia tak sanggup menggerakkan mulutnya. Ia tak berkedip menatap Kyung Soo yang sekarang juga sedang menatap ke arahnya.
                “Apa kau mencari dompetmu?”, tanya Kyung Soo.
Min Gi membelalakkan matanya dan mulai mengangguk. “I…iya.”, syukurlah. Sepertinya peredaran darah di rahangnya sudah mulai lancar, karena fungsinya sudah mulai berjalan normal. Anggukan Min Gi disambut dengan desahan Kyung Soo. Laki-laki itu membalikkan tubuhnya menghadap Min Gi. Ia menunjuk tangan kiri Min Gi dengan matanya. “Apa benda berwarna hitam di tangan kirimu itu tempat pensil?”, nadanya menyindir. Min Gi menurunkan pandangannya dari Kyung Soo dan menatap tangan kirinya. Gadis itu kemudian berdesis dan meracau dalam hati. Ia menggigit bibirnya lalu tersenyum paksa. “Ahh, ya…..ya ampun. Hahaha….” Tawanya garing dan salah tingkah. “Bodoh, bodoh bodoh!”, jeritnya dalam hati. “Heehe..he…maaf mengganggu. Annyeong!”, Min Gi beranjak dari bangkunya dan berlari secepat kilat untuk kabur. Kyung Soo memandang gadis itu yang dengan cepat menghilang dari ambang pintu kelas. Speninggal gadis itu Kyung Soo kembali mendesah. Ia kembali memasang earphone di telinganya. Namun kali ini ia duduk dibangkunya.
Two
Min Gi berjalan terseok saat melewati gang kecil menuju rumahnya. Ia masih menggeleng-gelengkan kepalanya tak jelas. Kejadian hari ini masih berputar-putar di atas kepalanya. Ia mencoba mengenyahkan hal itu dari ingatannya. Rasa malu yang baru saja menampar wajahnya hari ini, bagaimana mungkin Min Gi masih punya muka untuk sekedar tak sengaja bertatapan dengan Kyung Soo besok di sekolah. Ya Tuhan, kisah cintaku yang bahkan belum mulai bersemi sudah pupus begitu saja, habis sudah. Min Gi menyesal, kenapa ia tak melanjutkan niatnya untuk meloncat dari atap gedung tadi. Toh, walaupun ia tetap hidup sampai sekarang, masa depan romansanya tak akan pernah indah mulai hari ini. Laki-laki yang begitu dikaguminya secara diam-diam itu rasanya semakin menjauh akibat keteledorannya sendiri. Min Gi mulai menepuk-nepuk pipinya. Hey, apa kau sudah gila? Bermimpi pun bisa merasakan romansa pencintaan yang romantis dengan Kyung Soo adalah hal yang gila. Mengagumi saja sudah terlalu beresiko bagiku. Min Gi berulang kalo meremas gemas rambutnya.
                “Oh...nuna?”.
                Min Gi terkejut dan mengangkat kepalanya. Matanya silau, lampu jalan yang berada tepat di belakang sesosok hitam itu membuat Min Gi makin tak mampu mengenalinya. Ditambah lagi, entah itu orang atau apa, ia memakai tudung kepala berwarna hitam.
                “Apa kau malaikat maut?”, tanya Min Gi dengan sedikit gemetar. “kkk..kka…akk..”, Min Gi merasa lidahnya kelu. Tak menyangka harapannya untuk segera menghilang dari dunia ini akan terkabul sebentar lagi. To Be Continued.......
Wait Until Next Chapter..... 

tinggalkan jejak kalau suka akan ff ini dan ingin mendapatkan lanjutannya :>

0 komentar: