Unforgetable Love
Title : Unforgetable Love
Genre : romantis
Cast : -Choi Sae Rin
-Park Yoochun
-Lee Donghae
-Suju(other memb)
-dbsk(other memb)
Author: EghaChun
.: Author POV :.
Seorang gadis berperawakan kecil, dengan rambut terikat sambil membawa setupuk kertas, berlalu-lalang mengitari lokasi itu hanya untuk membagikan kertas tersebut pada beberapa orang.
“Gomawo!!”, jawab seorang lelaki yang menerima kertas itu.
“Cheonmaneyo!!”.
.: Sae Rin POV :.
Ini kisahku, kisah seorang gadis biasa yang jg tak memiliki keunggulan apapun.
Ada orang berpendapat, hidup di dunia ini lakukanlah hal terbaik sebisamu. Lakukanlah hal yang indah untuk orang lain, agar orang itu merasa nyaman bersamamu. Tapi….bagiku…itu sangat sulit. Bukan karena aku orang yang egois atau jahat. Tapi aku sudah berusaha melakukan yang terbaik. Mencoba tetap mempertahankannya. Rela melakukan apa saja, demi dia. Meskipun dia bukanlah milikku dan aku bukanlah apa-apa baginya.
“ya, kau gadis disana!!! Bisakah kau tolong ambilkan minuman untuk mereka???”, kt seorang bapak tua berperawakan tambun, entahlah namanya siapa. Yang aku tau di suka sekali berteriak-teriak pada orang-orang disekitarnya.
“Ne, ahjusshi!!!”, jawabku sambil membungkukkan badanku.
“Ppali!!! Tunggu apa lagi kau???”, teriaknya lagi.
Aku mengumpat dalam hati, mengutuknya dengan sejuta maki. Dasar pak tua itu, tidak sabaran.
“Huh…”, helaku.
Dengan berlari-lari kecil secepat mungkin kucari keberadaan botol-botol minuman. Huffth, Ommo!!! hey….kemana botol-botol minuman itu??? Kenapa tidak ada disini??? Bukankah biasanya sudah tersedia disini. Arggghhh tidaaakk, kalau aku lama, pak tua itu pasti akan mengomel dan berteriak kepadaku. Akhirnya ku amburadul semua peralatan disitu.
“Heeeeeyyyy!!!! Mana???”.
(“arghhh itu suaranya lagi!!! Bagaimana ini???”), jeritku dalam hati.
“Sae Rin~ah!!! Kau tidak usah panik”, sebuah suara begitu mengagetkanku.
“a….Donghae sshi!!”, akupun menunduk malu.
“Igeot!!! Brikan ini saja padanya!! Setidaknya ini bisa sedikit membungkam teriakannya!!”, katanya sambil menyodorkan sebotol besar Jus buah, “tadi temanku menberikan ini, kau bisa menggunakannya!! Emmm, chamkanman!!!”, dia tersenyum kemudian datang membawa gelas kertas, “tuangkan saja disini!! Lalu baru kau berikan pada mereka!!!”.
Aku tersenyum, melihat orang dihadapanku yang begitu baik ini.
“….g…omawo…!!!”, jawabku sambil menunduk lagi, tanpa berani mengangkat wjahku.
“Heyyy!!!! Kenapa kau lama sekali!!!!”, jerit suara itu lagi.
Kulihat Donghae tertawa kecil.
“hihi, dasar orang tua!!! Sae Rin~ah!!! Ppali, sebelum dia mengahancurkan seluruh tempat lokasi syuting ini!! Sini ku Bantu”, dia membukakan botol dan membantuku menuangi jus kedalam gelas.
“ah…ani…donghae sshi…biar saya saja!!!”.
“hey!! Ada apa ini?? Kenapa kau memanggilku begitu formal?? Bukankah kita sudah berteman setahun ini??? Ayolahhh!! Panggil aku donghae oppa saja. Aku risih mendengarmu memanggilku donghaesshi!! Dan dengan sebutan saya dan kamu!!”
“…ne…arasseo!!”….
“Kwenchanayo!!! Kali ini ku maafkan”, tersenyum, “hmmhh,,, igeot!! Serahkan pada bapak tua itu!! Hihihi!!! Lain kali, kau tidak usah panik dan takut menghadapinya. Dia bukan orang jahat!! Cuma sedikit galak!!! OK!! Selamat bekerja!! Aku mau melanjutkan bagianku!” , menunjuk ke arah segerombol pemuda yang sedang asik berlatih.
Huffthhh!! Ku hela nafasku. Aduh, gawat, kenapa aku masih terpaku disini??? Bapak tua itu pasti sudah mengomel-omel. Heran, kenapa donghae sshi bilang dia baik??? Baik dari mananya??? Huhh, sudahlah tidak usah dipikirkan lagi. Yang ku tau sekarang aku harus cepat-cepat kesana, menemuinya, dan menberikan minuman ini.
Sambil membawa nampan berisi minuman, aku berjalan agak cepat, sambil sesekali melihat jus di nampan, takut kalau terjatuh dan tumpah. Tapi, sialnya, karena aku terlalu focus dengan bawaanku, aku sampai tak sadar menabrak seseorang. Dan menumpahkan semuanya.
“Ahhh,,,,tidaaaaakkkk!”, jeritku dalam hati
“Heh!! Gadis jelek??? Kenapa aku selalu sial setiap kali bertemu denganmu???” kata seseorang yang suaranya sudah sangat amat ku kenal.
Aku mendongakkan kepalaku, dan mendapatinya tengah mengibas-ngibaskan bajunya yang basah oleh tumpahan jus.
“a…aa…Yoochun…sshi….jeongmal mianhae!!! Mianhae!!!”, aku panik, kemudian mencoba membersihkan bajunya.
“singkirkan tanganmu!!! Aku tidak suka kalau tanganmu sampai menyentuh bajuku!”, bentaknya dan mendorongku.
Aku tersungkur jatuh, tiba-tiba air mataku terasa ringan jatuh dengan sendirinya dari pelupuk mataku.
“Mian…hae..hh..hh”, lirih. Namun kulihat dia cuek dan pergi begitu saja.
“Yoochun~a!!! kau tidak boleh seperti itu!!”, teriak Donghae dari jauh, yang melihat kejadian baru saja. Donghae berlari ke arahku, kemudian menolongku.” Kwenchana???” tanyanya khawatir. “kaja ireona!!!”, membantuku bangun dan memapahku.
“Yoochun~ah!!! Minta maaf!!!”, bentaknya.
“mwo??? Kenapa aku yang harus minta maaf??? Bukankah dia yang salah???”
“perilakumu itu sama sekali tak mencerminkan perbuatan terpuji!!! Arajji??? Ppali!!! Kau harus minta maaf padanya!!”, tatap donghae dingin dengan nada bicara tinggi.
“aisshh~ mian!!!”, katanya dengan terpaksa kemudian pergi begitu saja.
“ya…yooo…”
“Donghae sshii!! Andwae!!!”, cegahku, sambil menggelengkan kepala.
Donghae menurut saja, kemudian membantuku duduk.
“Jinja…kwenchanayo???”
“ne…jinja!!!”, anggukku.
Donghae terdiam melihatku. Kami berdua terdiam dalam keheningan. Donghae pasti mengerti, kenapa aku diam, makanya dia juga ikut diam, menungguku berbicara.
Aku menundukkan kepalaku dalam-dalam. Membiarkan air-air yang memenuhi ruang mataku luruh.
“hhgs….hhs…hgss…”, isakku.
Donghae kemudian merangkulku. Membiarkan aku menangis di dadanya. Agar tak ada orang yang melihatku menangis.
Lama sekali rasanya aku menangis. Suasana lokasi itupun kini terdengar sepi sekali. Saat aku sadar, aku melepaskan pelukan donghae.
“mianhae…donghae sshi!!!”, kulihat bajunya basah oleh air mataku.
“Ani…kwechana!!”, katanya sambil mengacak-acak rambutku, “hmm….bagaimana??? apa kau sudah puas menangis???”.
“…m…mwo??...e…ne…gamsahamnida donghae sshi, sudah mau menemani saya menangis disini”, jawabku malu.
“sudah kubilang jangan panggil aku seperti itu. Panggil saja aku oppa!!”.
“…mian…”.
Kulihat donghae menghela nafas panjang, kemudian merebahkan dirinya di rerumputan, memandang langit senja yang begitu indah. Aku takjub melihat orang disampingku ini. Mengapa dia begitu baik. Untunglah masih ada dia di lingkunganku sekarang. Hanya dia pengobat laraku di dunia baruku ini.
“wae?? Kenapa kau harus menyukai orang sadis seperti dia???”, tanyanya tiba-tiba dan membuyarkan seluruh bayang-bayangku tadi.
“Ahh….nde???....”, jawabku kaget.
“ya…kenapa kau masih tetap menyukainya, padahal dia begitu kejam padamu???.
“..b..bagaimana…op.pa bs tau???”, aku syok sambil menatapnya.
“Mustahil bagiku untuk tidak mengetahui itu. Aku tahu itu dari caramu memandang dia setiap hari. Kau begitu amat memperhatikan semua tentang dia. Hahahaha….atau jangan-jangan kau bekerja disini hanya demi dapat melihat dan dekat dengannya???”, celotehnya.
“…ke…kenapa oppa jg tau itu??”, jawabku lebih syok lagi.
“jinja??? Hahahah…tebakanku benar???? Aigooo….!!”, tawanya, kemudian bangun dan memandangku, menatapku lekat. Seakan meminta jawaban yang lengkap dariku.
Aku memalingkan wajahku, kemudian menunduk.
“…dulu…4 tahun yang lalu…aku bertemu Yoochun disebuah taman hiburan. Saat itu, aku dan keluargaku sedang berlibur disana. Aku melihat yoochun sedang beretengkar dengan seseorang lelaki setengah baya, dia terlihat sangat marah. Aku tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Tapi dari raut wajahnya, aku tau, mereka sedang membahas masalah yang sangat pelik. Lama sekali aku mengamati mereka. Lalu tiba-tiba aku melihat yoochun ditampar oleh pria paruh baya itu dengan begitu keras, hingga tersungkur. ….”, ceritaku.
“lalu???”,
“lalu, ku lihat dia berdiri sambil membenahi bajunya yang kusut. Kemudian balik menghajar laki-laki itu……tadinya aku sempat mengira, dia anak badung yang sedang di hajar!! Kenapa dia begitu kurang ajar balik memukul lelaki tua itu…tapi kemudian, aku melihat yoochun pergi setelah puas memukul pria tadi. Karena penasaran, aku membuntutinya dari belakang. Dia terus saja berjalan, tanpa menghiraukan kondisi sekitarnya. Lalu tiba-tiba terduduk lemas sambil meremas botol minuman yang ada ditangannya. Dia menangis, menangis tanpa suara. Aku yang melihatnya saat itu, merasa sangat bingung…..tapi kemudian, kulihat dia berjalan ke sebuah tempat, pemakaman. Dia menangis sejadi-jadinya di depan sebuah makam sambil menunduk dan mengamuk……”
_flashback_
.:Yoochun POV.:
“Ommaaaaa!!! Hgz….g..hhhs…hkzzz…..apa kau lihat!!!!???? Lihat!!!! Lelaki biadab yang telah meninggalkanmu!!! Lihat dia!!! Hhh…hgss….laki-laki bajingan itu,,,, laki-laki yang sudah menelantarkanmu hingga memmbuatmu seperti ini???...hhh…hgsss….aku benci dia omma,,,aku benci dia…..hhhgsss… apa yang harus kulakukan????? Bukan hanya meninggalkanmu….sekarang dia tega mencari penggantimu….omma….hhhgsss…”, aku tak bisa menahan amarahku.
Rasanya saat ini dunia begitu kejam padaku. Percuma rasanya aku terus seperti ini. Aku harus cari tau, siapa wanita picik yang sudah menghancurkan semua ini…..
Entah, apa yang menghantarkan kakiku, untuk berjalan, hingga berhenti tepat di depan sebuah rumah mungil. Aku bisa mendengar tawa ceria di dalamnya. Sayup-sayup celotehan anak kecil berdenging di telingaku.
“Omma!!! Mana appa???”, Tanya sebuah suara yang berasal dari seorang bocah perempuan berusia 4 tahun.
“Yoora Sayang!! Itu appa!! Appa mau keluar sebentar!!”.
“Uh,,,aku mau ikut dengan appa!!!”, rengeknya.
Aku tidak begitu paham, mengapa aku masih saja disini mendengarkan dialog-dialog di dalam rumah itu. Baru saja ingin ku langkahkan kaki untuk beranjak pergi dari tempat itu. Tiba-tiba seseorang membuka pintu rumah.
“Appa pergi dulu ya!!!”, kata pria itu membuka pintu. Saat akan menutupnya, kulihat ia terperanjat memandangku.
Aku tak bisa bergerak, bahkan berbicara, hanya menatapnya. Dengan rasa kebencian yang dalam.
“appa!!! Appa!!!”, tiba-tiba seorang anak kecil keluar dari pintu, dan menarik-narik celana pria itu.
Aku mengalihkan pandanganku pada mahluk kecil yang sedang merengek itu. Kemudian tak lama, seorang ibu muda berparas manis keluar memeluk anak itu.
“Sayang, jangan ganggu appa!!! Appa Cuma pergi sebentar, nanti bermain lagi!!!”, bujuknya.
“Appa!!! Siapa itu!”, Tanya mahluk kecil itu dengan logat anak kecilnya, sambil menunjukku.
Lelaki tua itu hanya terdiam sambil terus memandangku.
“a…a…bukankah kau….”, ibu itu kaget melihatku.
“appa!! Appa!!! Dia siapa??? Apa dia kakakku yang sering appa ceritakan itu???”, Tanya bocah itu lagi. Kali ini dia begitu seksama memperhatikanku.
“Ne…ini…oppa mu!! Yang appa sering ceritakan padamu nak!!!”, jawab pria itu pada akhirnya.
Anak kecil itu tiba-tiba berlari ke arahku dan merangkul kakiku.
“Oppa!!! Horeee!! Akhirnya yoora bisa lihat oppa!!!”, teriaknya, sambil terus memeluk kakiku.
Aku menatapnya, kemudian merendahkan tubuhku, agar dapat melihatnya dengan jelas. Apa ini??? Bukankah seharusnya aku menendangnya saja??? Dialah salah satu penyakit dalam keluargaku.
Anak kecil itu kemudian menengadahkan kepalanya. Memandangku sambil tersenyum.
“Oppa!!!”, senyumnya.
Tak bias kupungkiri, aku tak sanggup menciptakan rasa benci yang seharusnya ku tumbuhkan di dalam hatiku. Aku jongkok kemudian menatapnya lebih dalam. Mencari celah kebencian yang mungkin ada di sudut matanya. Tapi tiba-tiba dia memeluk tubuhku erat.
“oppa, seperti yang ku bayangkan. Tampan sekali!!!”, lalu dia mencium pipiku.
Hilang, hilanglah sudah. Sungguh, mahluk kecil ini berhasil meredam amarhaku yang tadi begitu menggunung. Aku mencoba tersenyum padanya.
“hehehe, oppa ayo main!! Aku sudah lama ingin bertemu oppa, dan main dengan oppa!!!”, dia menarik lenganku, dan mengajakku masuk kedalam rumahnya. Masih bisa kulihat kedua orangtua yang tengah berdiri di depan pintu masih begitu kaget menatap keberadaanku.
_flashback end_
.: Sae Rin POV :.
“donghaesshi….”, kataku, Donghae lalu memelototiku.”mianhae!! oppa!!!”, kataku lagi dengan canggung. Kemudian dia tersenyum.
“Oppa tau, sebenarnya dia bukanlah orang yang kejam, dan sadis seperti apa yang oppa bilang tadi. …..”, aku menerawang langit yang beranjak malam dan kini makin gelap, “ aku jatuh cinta pada yoochun, karena dia adalah orang yang sangat baik. Kalau saja aku berada di pihaknya, mungkin aku tidak akan pernah memaafkan perbuatan ayahku, dan akan lebih bertindak kejam pada keluarga barunya……hufffthhhh….”, aku menoleh ke arah donghae, “aku mulai menyukainya, saat aku melihat senyumannya, meskipun baru satu kali itu ia tersenyum. Tapi …..sudah cukup membuat jantungku serasa berhenti berdenyut! Hahaha…nan neomu pabo!!! Hanya itu alasan yang kupunya untuk mencintainya…hehehe…malang!!!”, senyum getir.
“Hentikan senyuman yang kau buat dengan hati terpaksa seperti itu”, donghae kemudian melepas jaketnya, “ini pakailah!!! Disini mulai dingin!! Nanti kau bisa masuk angin. Oh ya…hongshi, jangan sekali-kali kau tersenyum lagi seperti tadi. Wajahmu terlihat seperti akan menangis!”, sambil memakaikan jaketnya padaku.
Lagi-lagi untuk kesekian kalinya, aku begitu takjub dengan mahluk tampan dihadapanku ini. Entah, setiap jengkal kata yang keluar dari mulutnya bisa membuatku tenang. Tiba-tiba ponselku bergetar.
‘rrrrrtttttrrtttttt….rrrrttrrrrrrrr’
“Ne, yeoboseyo. Ah…aigo…mianhae…johayo, aku akan segera pulang!!!”, kututup telpon. “hhh,,oppa….mianhae!!! aku harus segera pulang sekarang, aku lupa kalau aku harus mengajar les!!!!”, kataku sambil mengemas tasku.
“Les?? Les apa?”, tanyanya.
“iya, aku mengajari sedikit matematika untuk anak sd dan smp!! Yah, meskipun aq ini pabo, tapi kalau matematika anak smp aku masih bisa menanganinya! Mian oppa! Aku duluan!!”, kataku sambil berlari pergi, tapi kemudian aku teringat sesuatu. Kuputar arah dan berlari ke arahnya, “oppa!! Jaketmu!!”, sembari melepas jaket.
“a…ani!!! Tidak usah, kau pakai saja, sekarang cuacanya sangat dingin! Aku masih ada jaket di tasku!”, senyumnya.
“jinja??? Gomawo oppa!! Gureom, aku pergi dulu!!! Annyeong higyeseyo!!!”, aku berlari sambil melambaikan tanganku.
“ne….annyeong higaseyo!!!”, dia membalas lambaianku.
.: Donghae POV .:
Gadis itu kian berlari menjauh, sedikit demi sedikit punngungnya lenyap dari jangkauan mataku. Aneh, baru kali ini aku merasa ingin sekali memeperhatikan seseorang, dan itu dia. Dia anak yang pintar dan ulet, walau terkadang ceroboh. Tingkahnya lucu sekali, mudah panik menghadapi sesuatu. Aku ingat sekali, pertama kali dia datang kesini.
1 tahun yang lalu….
_flashback_
“Kang woo sshi!!! Kenalkan ini sepupu perempuanku! Dia sangat ingin bekerja disini”, kata kim ryuwok ahjusshi pada seorang pria gemuk yang sedang membaca.
Pria subur itu memandang gadis kecil itu dari atas sampai bawah.
“….tapi, disini sudah penuh, tidak ada lagi lowongan pekerjaan!’ katanya singkat, kemudian melanjutkan kegiatannya.
“ doumhae!! Ahjusshi!!!”, gadis itu memohon, “saya bersedia jadi apa saja! Jadi tukang pembawa barang saya mau, jadi pembuat kopi saya pun bersedia!!”, mohonnya dengan raut wajah serius.
Aku melihatnya dari kejauhan, memandangnya dalam. Awalnya, tak terbersit sedikitpun rasa untuk peduli padanya. Tapi saat aku mengetahui Kangwoo ajusshi mengizinkannya untuk bekerja disini, aku turut senang.
“annyeong!!!”, sapanya tiba-tiba padaku, “shillyehamnida, apakah anda tau letak kitchroom disini??”, tanyanya sopan, membuatku agak canggung menjawabnya.
“a..ne…mmm, kau bisa jalan kearah sana, kemudian berbeloklah ke kiri, diujung sana kau bisa menemukan kitchroom”, aku tersenyum padanya, agar tak membuat kesan buruk.
“gamsahamnida!”, jawabnya kemudian memohon diri.
Tiba-tiba, ‘bruukk’. Gadis itu menabrak papan pembatas untuk keperluan syuting hari itu. Akibatnya papan itu rubuh dan menimpa semua property syuting disampingnya.
“ahhhh…”, jeritnya.
Spontan aku menengok kearahnya, ku lihat ia kalang kabut dan mencoba mengangkat papan itu.
“aegess, sini aku Bantu!”, kataku meghampirinya.
“aduh…bagaimana ini??? Aku menghancurkan semuanya!!!”, ratapnya hampir menangis.
“sudah, tenang saja, mumpung tidak ada orang disini, lebih baik kita benahi lagi seperti semula. Biar aku saja yang mengangkat papan ini! Kau mengumpulkan property itu saja dan menatanya lagi. OK!”, perintahku. Kemudian dia mengangguk dan dengan cekatan membereskan properti-properti yang berserakan. Untung saja papan ini tidak terlalu berat pikirku.
“gamsahamnida…e…”, dia tersendat sambil menatap mataku.
“oh, panggil aku Donghae!! Lee Dong hae!!!”, ku ulurkan tanganku.
“ ne!! gamsahamnida Donghaee sshi!!!”, menjabat tanganku.
“emmm, kau belum menyebutkan namamu. Ireumi mwoyeyo???”, tanyaku.
“…je ireumun Choi Sae Rin imnida!!!”, ia membungkukkan badannya.
_flashback End_
Aneh, lagi-lagi aku merasa aneh, sampai sekarang aku masih mengingatnya. Kurebahkan tubuhku di ranjang kamarku. Kututup kedua mataku dengan bantal.
“aisshh~ ada apa denganku???”, jeritku tiba-tiba.
Jangan jangan aku….aku mulai menyukainya??? Aissh~….hhhhfffthh. bukan, ini bukan suatu kebodohan. Cukup bagiku, setahun bukanlah waktu yang sedikit untuk menumbuhkan rasa simpatiku padanya menjadi cinta.
“argghhh”, jeritku lagi sambil melempar bantalku.
Shireo!! Ini sebenarnya tak boleh terjadi. Dia sudah menyukai pria lain. Aku tak tahan denagn semuanya yang berkecamuk didadaku. Kutarik selimut kuat-kuat. Kucoba menenggelamkan diri pada lautan mimpi. Membenamkan perasaan didada ini. Berpikir, mungkin ini hanya perasaan yang tercipta karena keadaan tadi. Mungkin hanya bersifat sementara. Jadi, kutenangkan hatiku.
1 jam kemudian.
“ARGHHHH,,,,IREOOONN!!”, aku bangun dan mengacak-acak rambutku. Ini bukan khayal, bukan mimpi, dan bukan perasaan sekejap. Sukar sekali rasanya menutup mata. Yang terngiang ditelingaku tangisannya dipelukanku tadi. Aku tidak bisa melupakannya. Saying, dia menangis karena lelaki lain.
Kubuka laci meja disamping tempat tidurku. Kutenggak 3 obat pil penenang sekaligus. Semoga ini bisa membuatku lebih baik.
.: YooChun POV :.
Malam ini seperti biasa, dingin sekali. Kututup jendela kamarku untuk mengurangi semilir angin yang merayap ke dalam kamarku. Namun tetap kubiarkan tirai terbuka. Kupandang kelam wajah langit malam sambil menyusuri mozaik-mozaik memori masa lalu. Masa yang bahagia bersama keluargaku. Keluarga utuhku.
“Omma!!”, gumamku.
Kuhela nafas berat, sembari memejamkan mata, untuk mengurangi perihnya hatiku. Aku begitu merindukan aroma ibuku. Tanpa sadar kuteteskan air mata. Sesak sekali didadaku. Ingin sekali kutumpahkan semua yang menggenang didalam hatiku.
“trrrtttttrrrrttt…trrrrrrrrrrrrrrtttttt”.
Getaran ponselku membuat kuterhenti tenggelam dalam kesedihanku sendiri. Kuraih ponsel itu, kemudian menatap layarnya. Dengan mata menyipit dan sedikit sakit, karena masih berair, kubaca dengan seksama nama yang tertera didepannya.
“Ne, yeoboseyo!!”, jawabku.
“Oppa???? Kenapa dengan suaramu??? Oppa menangis???”, jawab suara mungil itu.
“A…ani…anio….oppa tidak menangis!! Uhuhk, ehem”, aku spontan menghapus air mataku kemudian berpura-pura batuk, “oppa, hanya sedikit flu saja”, aku berbohong.
“…emmm, gureom,,,coba oppa lihat kebawah jendela???”, perintahnya.
Aku sedikit bingung, terdiam sejenak kemudian turun dari tempat tidurku.
“Aissh~ mwohaeyo???? Diluar dingin sekali. Tunggu disitu!!!”, jawabku panik, saat aku menyadari ada seorang gadis kecil diseberang telpon itu, berdiri tepat di depan rumahku. Aku berlari secepatnya menuju pintu depan rumahku.
“Yoora~ah!! Kenapa kau disini???”, kataku dengan khawatir. Segera saja kulepas jaketku dan kukenakan padanya. Kulihat yoora hanya tersenyum manis memandangiku. Kugendong ia masuk dia masuk.
“huffthhh, kenapa kau berrrat sekali!!!”, celotehku.
“Ah, oppa!!! Hehehehe”, tawanya, “ aku kan tumbuh besar, jelas saja beratku juga bertambah!!”, kata gadis kecil itu sambil memegang pipiku.
“Hey tanganmu dingin sekali!!!”, kuturunkan ia, kemudian menutup pintu. “Naiklah ke atas dulu. Oppa akan membuatkanmu teh, untuk menghangatkanmu!!”, perintahku lembut , sambil mengelus pipi mungilnya.
“ne!!!”, jawabnya singkat lalu berlari ke atas. Kudengar kakinya begitu mantap menaiki tangga. Aku tertawa kecil memandanginya.
Ahh, dia sudah besar. 8 tahun. Beberapa tahun lagi mungkin dia akan mulai menyukai seorang pria. Hmhh, kuharap itu masih lama.
“Oppa???”, sahutnya ketika ia melihatku masuk kedalam kamar membawa 2 cangkir teh.
“Kenapa kau kesini lagi yoora?? Apakah appa dan ommamu tidak marah??”, tanyaku.
“Oppa mengusirku???”, tatapnya marah padaku.
“Ani…oppa senang kau disini. Tapi, bagaimana dengan appa dan omma???”, jawabku sambil menekuk lututku dihadapannya, mendekatkan wajahku.
“Habis, oppa kenapa tidak mau tinggal bersama??? Aku bosan sendirian di rumah!!!”, teriaknya sambil berlari dan lompat ke atas tempat tidurku.
“……”, kudekati tempat tidur dan duduk disampingnya.
“Hey, oppa habis menangis ya???”, kata yoora tiba-tiba sambil memegang pipiku.
“Anio!!! Sudah kubilang, oppa tidak…..”.
“Geotjimal!!! Coba lihat wajah oppa!! Menakutkan seperti badut!!!”, ledeknya sambil sedikit tertawa. Tapi kemudian dia terdiam, dan memandang mataku. “oppa!!! Sini yoora peluk!!!”, kemudian tubuh mungilnya merengkuh tubuhku. “Cup-cup oppa!! Oppa jangan menangis lagi ya!!! Yoora ada disini!!! Jadi oppa tak perlu menangis lagi karena oppa merindukan omma!!”, jawabnya menghanyutkan hatiku. Inilah, yang membuatku tidak dapat membencinya. matanya yang begitu bulat itu, memancarkan sesuatu yang biasanya hanya kutemui dalam diri omma. Ommaku. Ommaku yang sudah tidak mungkin lagi kulihat. Tiba-tiba saja sesuatu yang banyak dan basah mengucur deras dari kedua mataku. Aku menangis. Dan tidak aku tidak kuasa menghentikan laju air yang begitu deras ini. Kenapa aku cengeng sekali??
“ha…op…oppa!!!”, jeritnya ketika mendapatiku malah menangis. Dia sedikit kelabakan melihatku menangis tanpa suara. “ higsss, oppa??? Kenapa oppa malah menangis??”, diapun malah ikut menangis memelukku.”Oppa, uljima!!!”, peluknya semakin dalam, dan menyeka air mataku. Tangannya yang kecil begitu erat memelukku, kulihat ia menenggelamkan kepalanya didadaku dan terisak, bahkan dia menangis lebih kencang dariku.
Udara malam semakin dingin, malam juga semakin larut, suara gesekan ranting pohon jadi terdengar semakin jelas. Aku dan yoora sudah berhenti menangis.
“Ayo, minum tehnya!! Ah…tidak!! Ini sudah dingin!!”, kataku saat meminum teh seteguk. “ oppa akan buatkan lagi yang panas!!”, kataku seraya beranjak bangun dari kursi.
“Tidak perlu oppa!! Lagi pula disini tidak begitu dingin, dan sebentar lagi aku akan tidur!”, senyumnya, lalu menghabiskan teh dengan sekali teguk. Kemudian ia naik ke tempat tidur, dan menarik selimut. “disini hangat!!”, gumamnya kecil.
“aisshh~ dasar!!!”, aku tertawa melihatnya.
“kaja!! Oppa, sini!!!”, ajaknya. “Oppa harus membacakanku sebuah dongeng.
“Ne..ne…arasseo!!!”, aku naik ketempat tidur. Dan ia membagikan selimutnya padaku.
.: Donghae POV :.
Pagi ini aku akan memulai aktifitasku lagi. Tidak seperti biasanya, cuaca kali ini kurang begitu baik. Gawat, kepalaku pusing sekali. Apakah lantaran aku tidak bisa memejamkan mataku semalaman? Padahal aku sudah menelan 3 pil pahit itu. Ku usap wajahku, sebentar duduk untuk sedikit meredakan rasa sakit dikepalaku.
“Argh, mana ponselku!”, kuraba-raba tempat tidurku. Ternyata ada message baru yang masuk. Dengan enggan kubuka message itu.
Dari : Teuki hyung
Pesan : Hey pemalas!!! Bangun kau!! Pagi ini kita ada latihan untuk gladybersih show besok. Awas kalau kau tidak datang. Nanti kucium kau sampai pingsan dan meleleh!!! Hahaha….kami menunggumu…cepat mandi sana!!! <3
“Aisshh~ hahahahaha”, tawaku saat membaca message itu. Akhirnya aku beranjak dari tempat tidurku. Aku harus cepat-cepat mandi sebelum perjaka tua itu merenggut milikku. Aku tidak mau berakhir sama seperti sungmin yang telah direnggut bibirnya oleh heechul. Tiba-tiba saja bulu kudukku berdiri semua tatkala mengingat kejadian yang pahit itu bagi sungmin.
“Hey!!! Apa maksudnya ini??? Aku sudah susah payah datang sepagi ini?? Kemana semua anak??? Dasar!!”, gumamku saat mengetahui ternyata anak-anak suju belum ada di tempat. Terutama teuki hyung, kenapa aku sama sekali tidak bisa menemukan batang hidungnya. Padahal dia yang mencetuskan ide agar aku berangkat pagi.
.: Se Rin POV :.
“ahjusshi!! Aku berangkat duluan!!!”, teriakku dari luar.
Lelaki tua itu keluar rumah.
“hey!!! Kau berangkat pagi sekali?? Kau juga belum sarapan!! Apa tidak berangkat nanti saja bersamaku???”.
Aku menggelengkan kepalaku.
“aku harus mengantar ini dulu pada seseorang! rumahnya lumayan jauh dari sini!! Jadi aku berangkat pagi, supaya nanti aku tidak terlambat ke training centre.”, jawabku sambil memperlihatkan sebuah bungkusan kain.
“Ah, johayo!! Kalau begitu hati-hati dijalan!!! Nanti ahjusshi bawakan sarapan untukmu!!”.
“Tidak usahh!!! Aku tidak usah sarapan juga tak apa!!!”, teriakku berlari menjauh sambil melambaikan tangan.
“Dasar!!! Anak itu!”, gumam pak tua itu.
Dengan langkah cepat kutelusuri jalanan. Aku sudah berbohong pada ahjusshi. Sebenarnya aku ingin pagi-pagi sekali pergi ke training centre hanya untuk meletakkan ini. Meletakkan bekal yang sudah kubuat sebelum matahari sudah bersinar seterang sekarang. Tiap hari aku seperti ini, karena pagi-pagi sekali biasanya belum ada orang di sana. Jadi aku bisa lega, karena tidak akan ada seorangpun yang mengetahui perbuatanku ini.
Akhirnya sampai sudah aku di depan pintu training centre. Ku buka pintu dan berjalan sedikit mengendap. Kutengok kanan dan kiri. Aku takut kalo ada seseorang yang melihatku. Tapi sial, pot didepanku tidak sengaja kujatuhkan. “prangg”.
“Ahh…”, jeritku pelan. “pabo issoyo!!!”, aku takut dan gemetar setengah mati.
.: Dong Hae POV :.
“Teuki hyung!!!”, tanyaku saat mendengar suara pot pecah. “kaukah itu??”, sambil berjalan di sela ruangan yang masih agak gelap.
“Aduh!!!”, jerit sebuah suara tiba-tiba. Kucari sumber suara itu. Ada seseorang tengah terduduk disana sambil sedikit mengerang. Kuyakinkan mataku yang sulit melihat di ruangan yang redup itu.
“Sae Rin????”, aku terkejut melihatnya. Kenapa dia ada disini sepagi ini.
“…Oppa???”, katanya juga tak kalah kaget melihatku.
“Apa yang sedang kau lakukan???”, aku melihatnya dengan seksama. “aissh~ tanganmu berdarah!!”, ku raih tangannya. “ kenapa kau bisa berdarah???”, kulihat pot bunga yang berserakan dilantai, “ hey pot tanh liat seperti ini bisa melukaimu???”, sedikit meledek. Namun kulihat ia hanya memandangku takut tanpa suara. “ Chamkanman!!”, pot berserakan ini akan gawat kalau dibiarkan begitu saja pikirku. Kucari kotak P3K secepatnya. Kemudian berlari menghampirinya. Kubersihkan lukanya kemudian membalutnya dengan plester mungil. Semungil jarinya. “Lain kali kau harus hati-hati!!”.
Setelah selesai membalut lukanya, aku menuruhnya duduk menungguku selesai membersihkan pot dan tanah yang berserakan.
“Kwencanayo???”, tanyaku meyakinkan keadaannya. Dan ia hanya mengangguk. “ Sebenarnya kau sedang apa disini???”, kemudian aku melihat sesuatu yang dibawanya. “apa itu?” tunjukku.
“…..”. dia terlihat gugup saat aku menanyakan hal ini. “…oppa….jebal!! tolong jangan bilang siapa-siapa tentang hal ini!!! Aku mau meletakkan bekal ini di loker yoochun!!”, dia memohon dengan mimik wajah seperti akan menangis.
Rasanya seperti ada yang menampar wajahku, mendengarnya berkata yoochun. Kutenangkan hatiku. Pantas saja setiap hari kulihat yoochun selalu berteriak, ‘aissh~ ini lagi?’ ketika sedang membuka lokernya.
“Mullonijyo!! Aku tidak mungkin bilang pada siapapun tentang hal ini. Kalau kau ingin memasukkannya kedalam loker, aku bersedia menemanimu. Berjaga diluar agar tidak ada yang mengetahuinya”, aku mencoba senyum.
“Jinja??? Gomawo!!”, peluknya tiba-tiba. Aku kaget namun senang dalam hatiku. Tapi dia buru-buru melepaskan pelukannya. Wajahnya memerah.
“Mian…”, sambil menunduk malu.
“Hey, kita harus cepat. Sebentar lagi akan ada orang datang pastinya”, kataku sambil menariknya.
.: Yoo Chun POV :.
Aku agak terlambat pagi ini. Kulihat sudah begitu banyak orang di training centre. Sebelum berangkat, aku memang harus menyiapkan sarapan dulu untuk Yoora. Dan dia masih belum bangun saat aku berangkat tadi. Jadi kutinggalkan sepucuk surat untuknya. Agar sebelum pulang, kusuruh ia menelpon appa untuk menjemputnya.
“Ya…Yoochun~ah!! Kau hampir saja terlambat. Cepat gantilah bajumu. Kita langsung latihan untuk konsep panggung. Sebelum Kang woo ahjusshi berteriak-teriak!!!”, sapa jaejoong sambil mengikatkan tali sepatunya.
“Hyung! Lihat!!!”, changmin memperlihatkan Kaosnya padaku. Aku hanya mengernyitkan dahiku. Aku hanya melihat kaos bertorehkan tulisan-tulisan aneh di setiap sudutnya itu.
“….ssshh~…”, jawabku dingin.
“aissh~ hyung!!! Kau tidak memperhatikan unsur seni di dalamnya???”, teriak changmin sedikit kesal padaku.
“…menyingkir!!!”, jawabku tetap dingin.
“Hyung!!! Ada apa denganmu??? Kau anehhh!!! Aku kecewa padamu!!! Aku bingung melihatmu…”, katanya tiba-tiba dan menatapku marah.
“Apa urusanmu??”, kupelototi ia.
“Hyungku yang dulu hilang. Yoochun hyung yang dulu begitu ceria dan ramah sudah terpenjara dalam keegoisan dan keterpurukan yang malang!”, kata-katanya itu langsung menusuk hatiku.
“Tau apa kau tentang hidupku??”, gertakku.
“he..hey..keumanhae!!! apa yang kalian lakukan?? Ini sudah saatnya latihan! Hentikan omong kosong ini!!”, lerai yunho yang sudah panas melihat kami berdua.
Aku terus menatap mata changmin, tak memberinya ampun dalam setiap detik pandanganku. Ia juga balas menantang mataku.
“….ne…arasseo!! kita lihat saja. Apa hyung bias bertahan dengan sikap yang seperti ini??? Semua orang akan membenci tingkah konyolmu hyung. Bahkan mungkin omma mu disana tidak akan sudi memandangmu!!!”, ia pergi, menepis tangan yunho yang memegang pundaknya. Aku memandangi punggungnya yang menghilang di balik pintu. Kata-katanya barusan membuatku semakin naik darah.
“arghhhh, ireon!!!” teriakku sambil memukul lokerku dengan keras.
“Yoochun~ah, dengar! Aku tahu bagaimana perasaanmu. Changmin hanya mencoba menghiburmu, ia sedang mencoba mengembalikan dirimu yang dulu!! Aku hanya mengingatkan, jangan sampai kau menyesal pada akhirnya. Sikapmu pada orang-orang disekitarmu, semenjak kejadian kelam yang telah menimpamu,tidak seharusnya kau begitu. Coba tanyalah pada dirimu sendiri, apakah semua yang telah kau perbuat pada dirimu sendiri bisa membuatmu bertahan?? Apa itu semua benar??? Hmhh, kalau kau ada masalah, jangan segan mintalah pendapat kami, ceritalah pada kami. Jangan kau salurkan semua unek-unekmu dalam bentuk kemarahan pada semua orang. Itu hanya akan menyiksa dirimu sendiri. “, yunho berusaha menasehatiku.”Kkaja!! Cepat ganti bajumu. Kang woo sshi pasti sudah menunggu kita!”, yunho menepuk bahuku, kemudian pergi.
Aku tahu, semua yang dikatakan yunho benar. Tapi…….
.: Sae Rin POV :.
Hufffthhh, tadi untung saja donghae oppa menolongku. Heh??? Aku memanggilnya Donghae oppa??? Kenapa aku jadi terbiasa memanggilnya oppa?? Ya sudahlah tak apa.
“Sae Rin~ah!!! Tolong pegangkan ini!!”, kata donghae sambil berlari mendekatiku. Kemudian memberikan tas kecil padaku.
“Apa ini??”, tanyaku, sambil menerima tas itu dengan tanda tanya.
“Itu berisi handuk kecil dan softdrink buatku nanti kalau aku haus. Jadi tolong bawakan untukku ya??? Aku tidak ingin orang lain yang membawakannya untukku!”, ia tersenyum padaku. Lalu pergi lagi kedalam gerombolannya. Aku hanya mengangguk memandangnya.
Lalu akupun duduk disudut ruangan training itu. Kerjaku ditempat ini sungguh aneh. Terkadang aku harus membuatkan minum. Terkadang disuruh membawakan alat-alat make up. Terkadang disuruh merapikan baju-baju yang dikenakan mereka. Tapi yang paling aneh, dan paling sering kukerjakan, yaitu disuruh diam dan menunggui mahluk-mahluk tampan yang sedang asyik berlatih menyanyi dan menari. Seperti apa yang sedang kulakukan sekarang. Entah apa yang ada dipikiran bapak-bapak tambun itu. Tapi dengan begini, aku juga senang, karena waktuku banyak sekali untuk mencuri pandang seseorang yang amat kukagumi dan kusukai.
Kulihat peluh bercucuran dari keningnya. Raut wajahnya sangat serius ketika memperhatikan dan menirukan gerakan pelatih. Aku benar-benar menikmati pemandangan saat ini. Wajah, mata, hidung, bibir, ekspresi wajah, gerak, hentakan kakinya, semuanya, aku menyukainya. Semua itu berhasil membuat jantungku berdegup kencang. Bahkan mungkin kalau tiba-tiba saja jantungku ini berhenti berdetak saat ini, akupun rela. Ahhh, apa yang ku pikirkan?? Pabo!!!
.: Donghae POV:.
Huhhh, lagi-lagi kulihat dia memandangi yoochun untuk kesekian kalinya. Rasanya kesal sekali saat melihatnya memandang yoochun dengan cara seperti itu.
Aku tetap menggerakkan tubuhku saat pelatih memberikan aba-aba. Tapi semenjak aku tahu dan melihat sae rin melayangkan pandangan pada yoochun, rasanya konsentrasiku langsung buyar.
“Donghae~a!!! ada apa denganmu?? Gerakanmu salah!!! Kau tidak konsentrasi ya???”, tiba-tiba pelatih berteriak saat menyadari gerakanku yang hancur.
“ahh, jeosonghamnida!!! Sepertinya aku kurang enak badan!”, aku membungkukkan badanku.
“Baiklah!! Kau istirahat saja dulu!!”, perintahnya.
Lalu aku pun memohon diri dan keluar dari ruangan itu. Aku ingin membasuh mukaku. Panas sekali rasanya. Setelah ini, aku harus konsentrasi, tidak boleh memikirkan hal bodoh lagi.
“Oppa????”, tiba-tiba saja sae rin muncul dihadapanku saat aku keluar dari kamar mandi.
“Hhha???”, aku menjawab dengan sedikit kaget.
“Oppa kenapa??? Tadi kudengar oppa bilang, oppa tidak enak badan?? Apa oppa sakit??”, dia memegang keningku dan menatapku was-was. “badan oppa hangat!”.
“Ani~ kkokjongman!! Hanya sedikit pusing”, kataku sambil tersenyum kecut.
“a…igeot!!!”, dia membuka tas kecil yang ia bawa. Mengeluarkan handuk dari dalamnya kemudian mengelapi wajahku. “muka oppa masih basah!!”. Sejenak aku terpaku memandang wajahnya sedekat ini. Hembusan nafasnya terasa jelas menyapu wajahku.
“…..ah…ini bukan handukku!!!”, tanpa sengaja kusentuh jarinya yang mungil.
“…sudahlah…ini punyaku”, jawabnya tenang, “tadi tas oppa kutaruh didalam. Apa oppa tidak mau memakai punyaku???”, dia berhenti mengelapi wajahku.
“ ha?? Ani~ “, aku tadi salah bicara. Aku takut menyakiti perasaannya. “Sae Rin~a gomawo!!!”
“Hah??? Untuk apa??.......oh…ini…?? kenapa oppa harus berterimakasih??? Toh oppa malah lebih sering membantuku!”, dia tersenyum sangat manis. Kemudian aku balas tersenyum padanya, sambil mengacak-acak rambutnya.
“Kkaja, aku harus melanjutkan latihan!!”, kutarik lengannya lembut. “kau harus tetap didalam menyemangatiku!”, ujarku.
Aku menggenggam tangannya dan menariknya masuk. Menyuruhnya duduk dibangku dekat joojin, asisten pelatih.
“Kenapa aku duduk disini???”, tanya sae rin heran.
“Sudahlah!!! Kau menurut saja, daritadi kau hanya duduk di lantai dipojok sana. Bagaimana kau bisa melihat penampilanku yang spektakuler ini???”.
“hehehehe…oppa…oppa….arraseo!!!”, dia tertawa mendengarku.
“Donghae~ah??? Apa kau sudah enakan??? Yakin bisa lanjut????”, tanya pelatih sangsi padaku.
“Kwenchanayo JunYoo~sshi!!”, jawabku mantap.
Kemudian aku melanjutkan latihanku. Kali ini sedikit lebih bersemangat, karena kulihat sae rin sekarang memandangku. Sedikit licik memang, benar saja ia memandangku. Karena diposisinya saat ini, ia tidak akan mungkin bisa melihat yoochun dengan jelas. Aku sengaja menempatkan ia disitu. Supaya yoochun tak tampak olehnya. Jahatnya aku. Se Rin maafkan aku. Mianhae….
Hanya selang setengah jam saja, pelatihpun menyuruh kami istirahat dulu, untuk minum dan mengelap keringat.
“igeot!!”, sae rin memberi sebotol minuman padaku.
“gomawo!!”, kataku.
“Oppa, sepertinya kau kelihatan memang kurang sehat. Kwenchanayo???”, sae rin tiba-tiba mendekatiku dan meraba kening serta leherku. “tuh kan!!! Suhu badan oppa tinggi!!”, ujarnya.
“….kwenchana….ini hanya karna aku berkeringat”, elakku.
“geojitmal!!!”.
“Hey, kau tidak percaya padaku??? Lihatlah…aku masih kuat!!!”, tantangku sambil menunjukkan otot-ototku. Dan dia hanya diam.
“Hop..hop!!…kkaja…semua kumpul lagi, waktu istirahat habis. Kita mulai lagi latihannya!”, teriak pelatih.
Akupun berdri dan melemaskan sendiku lagi. Dengan sedikit menarik nafas dalam-dalam. Dengan lincah pelatih mulai memperlihatkan gerakan-gerakannya lagi.
“Yak…lakukan seperti ini…perhatikan baik-baik…one..two..three…four…five…six…..seven eight…ingat!! Pada saat menumpu kaki badan membungkuk 45 drajat kearah kiri, kaki kanan lurus dengan kedua siku tangan kalian menekuk seperti ini, dalam 2 kali hitungan.”, katanya memperagakan dengan serius.” Chamkanman!! Untuk grup tvxq tunggu dulu sebentar, kalian akan kuajarkan nanti saat part kalian berbaur dengan para anggota suju diatas panggung!”,.
“ne…arasseo!”, jawab yunho lantang sambil terus mengamati gerakan yang diajarkan oleh jun yoosshi.
Aku mencoba untuk fokus, mengikuti dan menghapalkan apa yang diperagakan pelatih, sampai pada akhirnya, badanku terasa ringan, namun kepalaku rasanya berat sekali. Dadaku juga jadi terasa sakit. Nafasku tersengal-sengal, dan mataku berkunang-kunang. Hey…apa sedang terjadi gempa disini?? Pikirku. Kontan saja badanku langsung limbung, lantai dan langit-langit seperti berputar dan menciptakan suasana dunia yang asing bagiku.
“Donghae!!! Donghaeee!!! Kwencanayo???”, teuki hyung berlari mendekatiku dan mengguncang guncang tubuhku,
“Donghae!!!”, semuanya berlarian ke arahku saat mereka tau aku tiba-tiba mendaratkan tubuhku di lantai. Wajah mereka berputar satu-persatu di atas kepalaku. Seperti tsunami rasanya. Badanku seakan-akan ikut berputar di lautan segitiga bermuda. Pusing sekali rasanya.
“oppa….opppa….”, aku masih bisa mendengar jeritan gadis kecil itu, sae rin. Kulihat ia mendatangiku dengan tergopoh-gopoh. Dan ikut mengguncang-guncang tubuhku.”oppa!!!”, sampai pada akhirnya semua terasa begitu gelap.
.: Author POV :.
Semua orang ditempat itu panik, saat mengetahui donghae tiba-tiba jatuh dan tak sadarkan diri. Segera saja pelatih menghentikan aktifitas dan menelpon ambulance segera. Sae rin terlihat amat panik, ia gemetar melihat donghae pingsan.
“seseorang!! Ayo cepat bantu aku mengangkatnya!!!”, teriak Teuki pada orang-orang disekelilingnya. Eunhyuk dengan sigap membantu teuki. Disusul dengan anggota lain. Namun sebagian dari mereka lebih memilih berlari membukakan pintu dan bingung sendiri mencari keberadaan petugas kesehatan yang tak kunjung sampai.
“aissh~ kenapa mereka lama sekali???”, kata hangeng gusar.
Karena ambulance tak juga datang, akhirnya mereka memutuskan membaringkan dulu donghae diruang kesehatan yang ada di training centre itu. Sudah setengah jam, tapi donghae tak bangun juga.
“Hey, ada apa dengan ambulance itu??? mogok?? Kenapa mereka tak juga datang?”, sungmin mondar-mandir didepan ruang kesehatan.
“Sudah, kau tenang saja dulu. Ada sae rin di dalam yang mengurusinya. Setidaknya masih ada pertolongan pertama”, kibum mencoba menenangkan.
“Hhhh, bagaimana ini???”, eunhyuk terlihat khawatir bukan main. Dia menggigit-gigit bibirnya.
“Molla!! Sejak tadi pagi kulihat ia memang kurang begitu sehat”, teuki duduk di sofa sambil menyeka keringat yang membasahi dahinya.
“Jarang sekali ia tumbang seperti ini. Padahal kulihat dia kemarin sehat-sehat saja!”, desah hangeng.
“Gawat, kalau begini, kemungkinan besar ia tidak akan ikut show besok!”, kata teuki.
“aa….aa….m…”, tiba-tiba sae rin keluar dari ruang kesehatan. Dan ia sedang mencoba mengatakan sesuatu.
“Sae Rin???”, eunhyuk langsung berdiri dari sofa. “mwoga itchi???”.
“Donghae oppa….sudah sadar!!!”, kata sae rin sambil menunjuk-nunjuk ke arah pintu. Spontan semuanya langsung masuk, untuk melihat kondisi donghae.
“…h..hyung???”, donghae terlihat mencoba untuk bangun dari tempat tidur.
“Hey, kau jangan bangun dulu!!!”, cegah teuki.
“…Kwenchana….ada apa dengan kalian??? Raut wajah kalian begitu menyebalkan!! Aku baik-baik saja….tadi hanya sedikit pusing! “, donghae mencoba meyakinkan mereka.
“kau bercanda??? Lihat wajahmu sekarang!! Pucat sekali!! Apa perlu kami membawakanmu cermin agar kau bias melihatnya sendiri???”, eunhyuk sedikit kesal.
“Ya, kau istirahat saja!! Chom shwipshida!!! Oh iya, lebih baik kau tidak ikut show besok!! Kondisimu sepertinya kurang meyakinkan!! Dan lebih baik kau beristirahat dirumah!!”. Kata teuki.
“Arghh, sirheo!!!!!!” jawab donghae marah. “aku sudah bersusah payah berlatih, aku juga tidak ingin mengecewakan kalian dan para elf. Sakit seperti ini hanya sementara. Tidak akan mungkin menumbangkanku!!! Biar bagaimanapun, aku akan tetap ikut!”, ucap donghae mantap.
“Hhh, pabo!!! Lalu tadi itu apa?? Bukankah barusan kau tumbang???”, teriak heechul yang semenjak tadi diam.
“Ahahahaha…..majayo..majayo….. dasar anak bandel kau!! Baiklah beristirahatlah dulu”, kata teuki sambil mengacak rambut donghae. “Sae Rin!! Jaga dia, oh ya…mungkin sebentar lagi dokter datang. Dan akan memeriksa donghae.”, Kemudian mereka semua pergi pamit untuk melanjutkan latihan yang tertunda.
“Oppa….hhigz……”, tiba-tiba Sae Rin menangis sambil memandang donghae, kemudian menunduk dengan tangisan makin keras.
“…a….wae??? kenapa kau menangis??”, donghae kalang kabut melihat mahluk dihadapannya itu menangis tersedu. Donghae bangkit kemudian memegang pipi gadis itu, mengangkat dagunya.
“aku takut sekali oppa sakit!! Hhhgs….”, jawab sae rin. “hanya oppa sahabatku disini….!”.
“….aissh~ kau tidak lihat?? Aku sudah sehat sekarang, hanya perlu sedikit istirahat…kkokjongman!!! Midoyo!!! Aku sehat-sehat saja, hanya mungkin aku akan flu”, donghae tersenyum tipis memandang sae rin, kemudian mengusap air mata sae rin.”kau ini cengeng ya??? Heheheh…”, ledek donghae.
“…..”.Sae rin cemberut sambil memonyongkan bibirnya.
“tok…tok…., shilyehada!!!”, seorang dokter yang terlihat masih sangat muda masuk sambil tersenyum. “josonghamnida, kami terlambat!”.
“…a…ani kwencana!!! Silahkan dokter!!!”, sae rin mempersilahkan dokter itu masuk dan menyuruhnya cepat memeriksa keadaan donghae.
Dokter memeriksa donghae dengan amat seksama. Hanya selang beberapa menit saja ia sudah selesai memeriksanya.
“Kau over dosis obat penenang. Lain kali jangan terlalu berlebihan meminumnya. Itu bukan hanya membawa dampak penenang tapi juga bias membahayakanmu!”, ujar dokter. Kemudian ia menulis secarik resep obat, sembari membenarkan kacamatanya. “Ingat, kau juga harus makan teratur, dan jaga kondisi kesehatanmu. Jangan sampai kelelahan lagi, staminamu mudah sekali drop. Cuaca saat ini sedang buruk, diperkirakan akan turun salju. Jadi pakailah baju-baju hangat!!!”, dokter itu menjelaskan dan menasehati panjang lebar. Donghae hanya mengangguk saja.
“Baiklah!! Ini resep obatnya! Aegesshi, tebuslah resep ini di apotik terdekat saja!!! Dia harus cepat-cepat meminum obatnya!! Baiklah saya permisi dulu. Semoga anda cepat sembuh!!”, kata dokter tersebut sambil memohon diri.
“Ne…gamsahamnida uisa!!!”, sae rin membungkukkan badannya dan mengantar dokter itu keluar.
“Oppa!!!”, kata Sae rin tiba-tiba saat memsuki ruangan itu lagi. Sae rin menatap lekat donghae. Di raut wajahnya terlihat jelas kalau Sae rin sangat marah.
“..w..wae???”, donghae bingung.
“Kemarin oppa berbohong kan padaku?? Oppa bilang oppa masih membawa jaket, padahal tidak. Tapi kenapa kau membiarkan aku memakai jaketmu???”, sae rin melotot.
“A…anio!!!”, elak donghae.
“Lalu, kenapa oppa menenggak pil penenang??? Sampai-sampai over dosis!!!”, sae rin memarahi donghae.
“…..i..iya…itu karma oppa tidak bias tidur semalam”, donghae membela diri.
“Hmmmhh, lain kali jangan ulangi itu lagi oppa. Kau tahu, kau ini adalah seorang bintang, kau harus selalu menjaga kesehatanmu. Jadwalmu sangat padat, kalau kau sakit semuanya akan amburadul.”, sae rin mulai menenangkan suaranya, dan menasehati donghae dengan halus.
“..ne…arasseo…”, donghae menunduk, karna ia tau kalau yang dikatakan sae rin itu benar.
“Hmm, baiklah, oppa disini dulu. Chom shwipshida!!! Aku mau membelikan obatmu dulu. Emmm, hongshi, apa oppa sudah makan??”.
“…….”, donghae hanya menggeleng.
“Aissh~ pantas saja. …..baiklah, akan kubelikan oppa makanan yang banyyaaaaakk. Dan oppa harus memakannya sampai habis!!!”, ujar sae rin dan langsung pergi meninggalkan donghae begitu saja.
.: Donghae POV :.
Aku berbohong pada semua orang. Kondisiku saat ini memang sedang tidak baik. Kurasakan tubuhku masih melayang-layang jika bangun dari pembaringan. Dadaku masih terasa sakit, sesak sekali rasanya. Tapi aku tetap meyakinkan mereka bahwa aku baik-baik saja. Aku tidak ingin semakin memperbanyak pikiran mereka. Semoga saja sakit ini hanya sementara.
Aku ikut sedih melihat Sae Rin begitu mencemaskanku, tapi dibalik semua itu, aku sangat senang karena ia memperhatikanku. Aku tertawa dalam hati melihat ekspresi wajahnya saat memarahiku. Lucu sekali. Dia begitu cekatan mengurusiku. Membelikanku bubur dan menyuapiku. Aku senang memandang wajahnya yang begitu dekat saat ia menyuapiku.
“Oppa, ini sudah jam 4! Sepertinya aku harus segera pulang!”, katanya tiba-tiba. “Apa oppa mau kuantarkan ke rumah sekalian??”, tawarnya. Akupun menggeleng.
“Lalu….kalau oppa tidak pulang, siapa yang akan mengurusimu disini??”, tanyanya kemudian berdiri disampingku.
“Sama saja. Kalaupun pulang, tidak akan ada yang menjagaku dirumah. Aku hanya tinggal sendiri”, jawabku.
“mmm, tapi…mmmm…..”, agak lama ia berpikir sesuatu.
“Sudahlah!! Kau tidak usah mengkhawatirkanku!! Pulanglah!!!”, kataku sambil tersenyum memandangnya.
“Mmm..andwae!!! Chamkanman!!”, kulihat ia mengeluarkan ponsel dari tasnya. “…..a…yeoboseyo ahjusshi!!! Ne…begini ahjusshi, apakah boleh kawanku menginap?? Ia sedang sakit, dan tidak ada yang merawatnya. Jadi bolehkah ia menginap dirumah kita?? ..a…kundae….dia seorang laki-laki….ne….jebal!!! ahjusshi, dia hanya kawanku saja, tidak ada maksud apa-apa!! …jinja????....gomawo!!!!”, kamudian ia menutupnya.
Aku kaget mendengarnya. Apa mungkin yang dimaksud pria sakit yang akan menginap itu adalah aku??? Aku hanya menatap sae rin degan sejuta tanya. Bolehkah aku berpikir kalau itu adalah aku???
“Oppa, gureom, ayo oppa pulang bersamaku!! Oppa menginap saja dirumahku. Oppa sedang sakit, aku tidak akan mungkin membiarkan oppa tinggal sendiri di sini”, katanya sambil mengemasi barang-barangku.
“…a….a….maksudmu…apakah aku akan tidur di rumahmu???”, tanyaku kaget sambil mengangkat badanku yang masih sedikit terasa berat.
“Ne…wae??? takut kalau aku akan memperkosamu??”.
“Ani….hanya saja, apa itu tidak akan merepotkanmu???”, tanyaku.
“Hmmhh, bukankah seharusnya aku begini terhadap oppa?? Oppa sudah sering kurepotkan dengan masalh-masalahku. Lagipula, bukankah oppa bilang sendiri kalu kita ini sahabat?? Sahabat itu harus ada dikala susah maupun senang. Dan bagiku, oppa adalah sahabat terbaikku. Jadi wajar kan???”, Sae rin tersenyum padaku, manis sekali. Sejenak aku terpesona oleh senyumnya itu.
“….go..gomawo…”, jawabku tersendat sambil menunduk malu. Gawat, jangan sampai wajahku memerah dihadapannya.
“Kundaeeeee…oppa…”, katanya tiba-tiba dan lagi-lagi memikirkan sesuatu.
“Wae??”.
“Bagaimana cara kita pulang??? Aku biasa pulang menaiki bus umum, lalu dengan kondisi oppa seperti ini, apa oppa sanggup???”, tanyanya.
“Kwencana!! Kkokjongman!! Aku masih sanggup, kenapa kau begitu meremehkan staminaku???”, aku sedikit tertawa.
“Johayo…kkaja!!!”, sae rin merangkulku.
“Sae rin~ah,,,tidak usah!!! Aku bisa kok jalan sendiri!!! Aku ini berat, nanti kau lelah memapahku!!”, kataku. Sebenarnya bukan karena aku masih sanggup untuk berjalan sendiri, tapi, hatiku berdebar-debar saat wajahnya begitu dekat denganku. Aku tidak ingin degup jantungku yang sedang beradu ini terdengar olehnya.
“Oppa!! Kau jangan keras kepala!!! Biarkan aku membantumu!!! Oppa tidak usah berbicara lagi, nanti malah akan menghabiskan tenagamu!”, dia sedikit marah, dan tetap memegangiku.
“…..fufu…hhh…hahaha.”, aku tertawa.
“Kenapa oppa tertawa??”, tanyanya bingung menatapku.
“….Haha..ha…kau galak sekali ternyata…hahah……”, aku tak bisa berhenti tertawa. Tapi kulihat ia memelototiku. “…a…a…mianhae…kkaja!!! Kita pulang”. Kemudian ia memapahku. Andai saja aku masih bisa sedikit memasuki celah di hati gadis ini, pikirku tiba-tiba. Saat menggandeng dan memapahku, sae rin hanya memandang kedepan. Hal ini membuatku begitu leluasa memandanginya. Kalau saja superman benar-benar ada, mungkin sekarang ia bisa mendengarkan jeritan dan degupan jantungku ini yang sedang meminta pertolongan.
Akhirnya, sampai juga di halte. Akupun duduk melepas lelahku. Badanku masih terasa lemas memang. Kulihat sae rin berdiri di depanku dengan mata awas memandangi ujung jalan, melihat-lihat kemunculan bus diujung sana. Tak berapa lama, bus pun muncul dan berhenti tepan didepanku. Sae rin kembali membantuku menaiki bus. Dan kemudian mencarikanku tempat duduk. Bus itu terlihat lengang. Hanya beberapa orang saja didalamnya, masing-masing dari mereka sibuk dengan segala pikiran mereka sendiri-sendiri. Menatap keluar jendela dengan wajah tanpa ekspresi. Hanya sebentar mereka menoleh untuk menyadari keberadaanku dan Sae Rin.
“Yeogi oppa!!!” sae rin menyuruhku duduk didekat jendela.
Bukan kali ini sebenarnya aku naik bus umum. Tapi kali ini mungkin sensasi yang kurasakan berbeda. Bukan karena aku sedang sakit, tapi karna ada sae rin disampingku. Hyahhhh, aku mulai berpikir aneh lagi.
Kupandangi gedung-gedung yang berjajar ditepi jalan. Dengan tatapan kosong, dengan segala lamunan yang mulai menyerang pikiranku. Capek sekali rasanya, dan kini aku mulai mengantuk. Mungkin karna efek samping obat tadi.
“Sae Rin~ah!!!”, panggilku.
“Ne oppa!! Mwoga itchi??”, tanyanya membelalakkan matanya karena kaget.
“Bolehkah aku meminjam bahumu sebentar?? Aku sangat mengantuk!”, pintaku. Kemudian dia mengangguk, dan memberikan sedikit ruang dibahunya. Aku mulai meletakkan kepalaku disana. Harum sekali aromanya, membuatku begitu nyaman bersandar padanya. Hanya dalam hitungan detik saja, aku sudah mulai mengarungi dunia mimpiku.
“Oppa!! Ireona!! Kita sudah sampai!”, kudengar sayup-sayup suara yang membangunkanku. Kubuka mataku perlahan, dan ku angkat kepalaku. Sudah berapa lama tadi aku tertidur?
“Yeogi oppa!!! Masuklah!!”, ia menarikku lembut memasuki rumahnya.
Ku edarkan pandangan disetiap ujung rumah itu. Rumah ini mirip sekali dengan Sae rin. Begitu mungil, nyaman dan indah. Ada sejenis atmosfer yang berbeda kurasakan.
“Mianhae oppa, rumahku jelek. Dan juga tidak ada apa-apa disini”, katanya tiba-tiba saat menyadariku melihat rumahnya.
“Apa yang kau bicarakan?? Rumahmu bagus sekali, aku senang melihatnya, kau tau, rumah ini mirip sekali denganmu!!”, kataku sambil tersenyum.
“Mirip?? Apanya??”, dia terheran-heran menanggapi omonganku tadi.
“Hehe, sudah, tidak usah kau pikirkan lagi”.
“… Ahh, ahjusshi juga sepertinya belum pulang. Mungkin ia akan pulang malam. Oppa beristirahatlah sebentar. Baringkan tubuh di sofa dulu. Aku akan mempersiapkan kamar untuk oppa, dan membuatkan minuman hangat untuk menghangatkan tubuh oppa!!”, katanya berlalu.
Kuturuti saja perintahnya, sepertinya sofa dihadapanku ini begitu nyaman dan empuk. Perlahan kurebahkan tubuhku diatasnya. Kutatap langit-langit ruangan itu, kenapa masih sedikit berputar? Kututup kedua mataku untuk mengurangi efek putaran yang sedari tadi tak juga hilang.
“Appa???”, gumamku saat melihat seorang pria bertubuh tegap membelakangiku. Kemudian ia berbalik dan menatapku.
“Donghae…anakku….”, katanya sambil tersenyum.
“Appa, kenapa kau bisa ada disini?? Bukankah…..”, sosok didepanku ini. Sosok yang sudah lama tidak berada disampingku lagi. Sosok yang benar-benar ku kagumi. Dan aku sangat merindukannya saat ini.
“Donghae~a….kenapa kau tidak ingat nasehat appa?? Bukankah appa menyuruhmu menjaga dirimu baik-baik? Jagalah kesehatanmu nak! Kalau kau nakal lagi dan tidak lagi mendengarkan apa kata appa, appa akan menjemputmu!! Arajji!! Yaksokhalke!!!”, appa menatapku dan memegang bahuku.
“Ne, appa. Yaksok.”, jawabku.
“Baiklah, appa tidak bisa berlama-lama disini. Appa harus kembali”, katanya kemudian membalikkan tubuhnya.
“Appa!! Chamkanmanyo!! Aku sangat merindukanmu, bolehkah aku memelukmu appa???”, teriakku mencegahnya pergi. Kemudian ia membalikkan badannya lagi dan tersenyum sambil mengangguk lembut, dan merentangkan tangannya, kemudian merengkuh tubuhku. Hangat sekali rasanya seperti ini. Aku ingin berlama-lama memeluk appa. “Appa, aku mohon jangan tinggalkan aku, aku kesepian tanpa appa!!”, pelukku semakin mengeratkan pelukanku.
“Oppa!!! Oppa! Ireona….wae?? oppa??”, sebuah suara yang perlahan jelas terdengar membuatku sadar. Aku sedikit kaget karena melihatnya memelukku, mengguncang-guncang tubuhku. Tanpa kusadari ternyata tubuhku bergetar hebat sedari tadi.
“Oppa apakah tadi kau mimpi buruk???”, tanyanya kemudian, setelah aku tenang. Aku hanya terdiam dan menunduk. “Tadi kau menyebut-nyebut appa”, sae rin duduk mendekatiku dan membenarkan selimut tebal yang kukenakan.
“Ani…kwenchanayo…..”.
.: Sae Rin POV :.
Aku takut sekali saat melihat oppa tidur menggigil sambil mengigau. Kudekati tubuhnya, kulihat air mata mengalir melalui ujung matanya. Apa yang terjadi?? Kemudian kuguncang-guncang tubuhnya dan memeluknya. Tapi untung saja sekarang ia sudah lebih baik. Hanya sedikit gurat kesedihan masih terpahat diwajahnya.
.: Author POV :.
Bulan bersinar begitu terang. Namun sesekali ia bersembunyi dibalik awan kelabu itu. Mencoba mengintip aktivitas yang dilakukan oleh sepasang anak muda yang tengah duduk disebuah lahan yang cukup luas dan berumput indah.
“Aku tidak menyangka, halaman belakang rumahmu ini cukup luas dan nyaman”, ujar Donghae sambil menyeruput teh hangat digenggaman tangannya.
“Tiap malam, aku sering sekali kesini. Ini tempat favoritku”, kata sae rin sambil tersenyum sipit memandangi bintang yang bertebaran menemani sang bulan. “Kalau aku sedang sedih, aku akan menumpahkan semua perasaanku disini. Karena jarak tempat ini, lumayan jauh dari rumah. Jadi ketika aku menangis dengan kencang, tidak akan ada yang tau”, kata sae rin menghela nafas panjang.
Donghae menatap gadis disampingnya itu dengan tatapan yang lembut. Kemudian membuka jaket tebal yang sedari tadi dipakainya. Kemudian menyelimutkan sebagian dari jaket itu ke tubuh sae rin.
“hhh?? Oppa?? Andwae!! Oppa pakai saja. Aku…….”, belum sempat sae rin melanjutkan kata-katanya, donghae langsung menarik tubuh sae rin untuk lebih dekat dengannya.
“Ssstt…kau diam saja….kalau begini kan lebih hangat!!!”, bisik donghae sambil tersenyum.
Sae rin sempat kaget untuk sesaat, tapi ia tetap membiarkan tubuhnya begitu dekat dengan donghae. Ada sedikit getaran aneh yang dirasakan sae rin. Sedikit lama, mereka berdua terdiam dalam kesunyian. Sampai akhirnya donghae membuka kembali percakapan di antara mereka.
“Sae rin~ah…..”, panggilnya.
“Nde???”, sae rin menjawab pelan.
“Sampai kapan kau akan menyukai yoochun???”, donghae bertanya secara gamblang.
“….e….”, sae rin bingung mau menjawab apa. “Molla…..”, terdengar nada pasrah terlontar dari mulut sae rin.
“…..”, donghae mengalihkan pandangannya dari bintang-bintang di langit hitam itu, menatap sae rin dalam. “Kalau saja, ada orang lain yang mencintaimu bagaimana??”, gumam donghae.
“He??? Mwo??”, Tanya sae rin karena tak begitu jelas mendengar perkataan donghae barusan.
“..a..ani…lupakan saja!!”, kata donghae sedikit panik. “Emmm, sae rin~a??!!”.
“Ne….”.
“Maukah kau juga membuatkanku bekal??....ee..e..seperti yang kau lakukan pada yoochun…ehehe…aku iri melihatmu memberinya bekal makanan sehat setiap hari. Sedangkan aku tidak…”, ucap donghae sedikit terbata-bata dan kikuk.
“…he..?”, sae rin mengernyitkan dahinya, sedikit mencerna maksud donghae.
“eemm…coba lihatlah perbedaanku dengannya sekarang! Aku begitu kurus dan lemah, sedangkan dia sehat dan lebih berisi sekarang. Dan itu karena kau setiap hari memberikan bekal padanya. Jadi dia tidak pernah kelaparan”, ujar donghae begitu panjang lebar dengan nada bicara yang terdengar seperti bocah umur 10 tahun yang merengek pada ibunya.
Sae rin tertawa kecil sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Donghae bengong saja melihat reaksi sae rin padanya.
“Ne…oppa…arasseo….hhhwhwhhh…hahaha…oppa lucu sekali…baiklah. Oppa tenang saja, akan kubuatkan bekal untuk oppa setiap hari”, jawab sae rin sambil terus tertawa gemas.
“Jeongmal gomawoyo….”, donghae menjawab lega.
“Oppa!! Oppa belum pernah bercerita tentang oppa selama ini?”, Tanya sae rin.
“..???”, donghae mengerutkan keningnya.
“…oppa belum pernah menceritakan kehidupan cinta oppa. Ceritalah!! Curang kalau kau tidak bercerita padaku! Oppa sudah tau semuanya tentang aku, sekarang giliran oppa!!!”, pinta sae rin.
“aa…eopsoyo!! Tidak ada yang perlu diceritakan!”, elak donghae.
“Geojitmal!! Kaja! Ceritakan oppa! Misalnya, siapa yang sedang oppa suka???”, Tanya sae rin sambil mematah-matahkan ranting kecil yang semenjak tadi dimainkan oleh jari mungilnya.
“…..eopsoyo….”, jawab donghae pelan. “hey, kau tahu ada toko boneka baru didekat training centre. Baru dibuka 5 hari yang lalu”, donghae berusaha mengalihkan pembicaraan.
“hhh, oppa??!! Kenapa mengalihkan pembicaraan?”, sae rin terlihat sedikit kesal. “Tapi ya sudahlah, kalo oppa tidak mau cerita. Hey, coba lihat oppa, bulan itu seperti sedang menatap kita!!”, kata sae rin senang.
“…ne…majayo..”, kata donghae membenarkan sambil tersenyum.
“Aku pernah dengar, kalau bulan purnama seperti ini, gadis-gadis jaman dulu selalu memandikan tubuhnya dengan sinar bulan purnama. Katanya akan membuat mereka jadi cantik. Hmmmhhh….kalau itu benar, aku ingin seperti mereka. Hehe…agar yoochun oppa bias menyukaiku kelak!!”, kata sae rin lugu sambil mulai memejamkan matanya menghadap bulan.
.: Donghae POV :.
Jujur, saat ini aku senang sekali bisa duduk berdua disini dengan sae rin. Kulihat sae rin memejamkan matanya menghadap bulan yang sedang memancarkan cahaya peraknya, sesaat setelah ia berkata bahwa ia ingin terlihat cantik agar yoochun suatu saat bisa menyukainya. Sakit rasanya mendengarnya berkata seperti itu. Kupandang lekat wajah gadis disampingku ini. Jantungku mulai tak bisa berkompromi lagi. Bibir mungilnya yang merah itu semakin menggemaskan saat cahaya bulan membuat pantulan lembut dari bibirnya. Aku meremas rambutku untuk menjernihkan kepalaku yang penuh dengan perasaan dan pikiran aneh ini. Aigo!! Apa yang kupikirkan? Sadar donghae!! Sadarlahhh!
Tapi segala upayaku untuk menghilangkan pikiran anehku itu tak berefek apa-apa. Yang ada, aku malah semakin menggebu memperhatikan setiap garis wajahnya. Otakku semakin memberontak, dan memerintahkan tubuhku untuk semakin mendekatinya. Tanganku mulai berayun maju dan melingkarkan diri pada bahu sae rin. kulihat sae rin kaget dan langsung membuka matanya, mencoba ingin tau apa yang sedang kulakukan. Aku terhenyak sesaat mengetahui ia membuka matanya dan langsung menatapku penuh tanya. Ingin rasanya aku melepaskan tanganku dan membuat sedikit alasan kenapa tiba-tiba aku merangkulnya. Tapi terlambat, bibirku sudah menempel tepat dibibir lembutnya. Kukecup pelan bibirnya, sambil memegang erat tubuhnya. Ia sedikit meronta saat ku lumat bibirnya. Kurasakan tubuhnya mulai mendorong pelan tubuhku.
“oppa?? A..apa..yang kau lakukan???”, tanyanya dengan mata berkaca-kaca sambil menutupi bibirnya. Aku bingung harus berkata apa. Tidak masuk akal kalau aku beralasan itu adalah suatu ketidak sengajaan. Dan tidak lucu pula kalau aku beralasan bahwa aku menciumnya karna aku…..aku….oh…tidak! lidahku kelu. Semua alasan yang berputar-putar dikepalaku ternyata tak satupun sanggup kulontarkan.
“Mianhae…”, hanya itu yang sanggup kukatakan pada akhirnya. Karena tak satupun pilihan alasan yang bergelayut di otakku lulus untuk membela diri. Pabo!! Apa yang sudah kulakukan!! Aku hanya bisa merutuki tindakanku barusan. “Mianhae!! Jeongmal mianhae!! Aku….aku…”, kataku tersendat tak berani menatap wajahnya.
“…h..hiks…”.
Kuangkat perlahan wajahku, karna mendengar isaknya. Kulihat bulir-bulir air muali berjatuhan dari mata indahnya itu. Kemudian ia berdiri dan berlari pergi meninggalkanku, sambil terus memegangi bibirnya. Aku merasa seperti orang bodoh, yang sangat kejam. Kembali aku bertanya pada diriku sendiri. Apa yang sudah kulakukan???
.: Sae Rin POV :.
Aku terus berlari meninggalkannya, sambil menangis tersedu. Rasa bingung dan marah bercampur di dalam benakku. Apa maksudnya menciumku barusan?? Wae??? Aku masuk kedlam kamar, mendobraknya kemudian menguncinya. Kujatuhkan tubuhku diatas tempat tidur. Terus menangisi kejadian barusan. Aku sendiri bingung, apa alasannya aku menagis sekeras ini? Apakah aku marah karena ciuman pertamaku direbut olehnya dan bukan yoochun? Atau ini hanya semata-mata karna aku kaget?? Tanpa terasa aku terus menangis tanpa menghiraukan waktu. Mungkin saat ini mataku sudah berkantung seperti kantung kanguru. Kulihat jam meja disampingku. Omo!! Sudah jam 12.30. selama itukah aku menangis?? Kemudian aku teringat donghae oppa yang tadi masih kutinggalkan di taman belakang sendirian. Apakah ia sudah tidur dikamarnya? Aku berjalan melangkah menuju kamar depan, kemudian mengintip dari celah jendela yang terbuka. Tidak ada seorangpun disana. Aku yakin, pasti ia masih diluar. Segera saja dengan sekuat tenaga aku berlari mencarinya. Dari jauh, kulihat donghae meringkuk disana. Tak bergeser sedikitpun dari posisi tadi. Lalu aku berjalan mendekatinya perlahan.
“oppa!! Masuklah!! Disini dingin sekali!!”, panggilku dengan suara parau, karna habis menangis. Donghae langsung mengangkat wajahnya menatapku, kemudian berdiri.
“Sae rin~ah!! Kumohon…maafkan aku…mianhae!! “m katanya menunduk dengan suara yang lemah.
“Oppa kau masih sakit???”, tanyaku menyadarinya.
“Kumohon, maafkan aku!”, jawabnya.
“Oppa, aku sudah memaafkanmu. Aku tahu oppa tidak mungkin sengaja melakukannya.”, jawabku kemudian menggandengnya, dan mencoba memapahnya. Kemudian ia menurut saja, dengan wajah tertunduk. Kemudian tiba-tiba ia berhenti.
“Sae rin…a…aku…sayang padamu…saranghae…neomu saranghae…izinkanlah aku mencintaimu sae rin!! berikanlah aku kesempatan yang sama, seperti kesempatan yang sudah kau berikan pada yoochun!!”, ungkap donghae, dan membuatku terperanjat kaget. Donghae menatapku lembut, matanya seakan memohon jawabanku.
“…”, aku hanya diam, dan tetap memapahnya masuk. Mengantarkannya sampai ke kamar, dan menyuruhnya berbaring.
.: Donghae POV :.
Akhirnya kata-kata itu meluncur juga dari mulutku. Aku benar-benar sudah gila, memberanikan diriku mengungkapkannya, padahal aku tahu itu tidaklah mungkin membuahkan hasil yang baik. Dan benar saja, sae rin hanya terdiam saat aku mengatakannya. Mungkin dia masih marah karna aku begitu lancang menciumnya. Setelah menyelimutiku pun ia langsung pergi begitu saja, meninggalkanku dengan sejuta harapan dibenakku. Belum selesai aku memikirkan semuanya, tiba-tiba mataku sudah begitu berat.
[paginya]
Kukerjapkan mataku, saat sinar matahari menyempit ke celah tirai jendela dan mulai memasuki ruang kamar. Aku bangun dan mendapati meja disampingku sudah tersedia sepotong sandwich dan segelas susu. Kulihat secarik kertas kecil disampingnya. Segera saja kusingkirkan selimut tebal yang menutupi tubuhku, kemudian duduk dan meraih kertas itu.
‘ oppa! Makanlah ini!’
Hanya itu yang tertulis di atasnya. Apakah ia masih marah padaku??
Siang hari, pukul 11, aku baru tiba, tepat didepan training centre SM.
“Hey!! Donghae~ah!! Kau sudah sembuh???”, seseorang memanggilku dengan lantang dari jauh. Kucari sumber suara itu.
“Ah…hyung!!”, jawabku tersenyum, dan ia berjalan mendekatiku kemudian menepuk bahuku.
“jaljinaeyo??”, tanyanya.
“Teuki hyung!! Jaljinae….nan kwenchanayo!!!”, jawabku meyakinkannya.
“Hey, dimana gadis kecil itu??”, Tanya teuki tiba-tiba. Aku mengernyitkan dahiku.
“Gadis kecil???”, aku balik bertanya, “ Ohhh, maksudmu Sae Rin?? Wae??”.
“Bukankah kau selalu bersamanya??”, ujarnya sambil tertawa genit memandangku.
“Hyung!!!”, kataku pelan sambil sedikit memelototinya.
“ahahaha, berhenti memelototiku seperti itu. Hahaha….aku bisa dengan begitu mudah tahu perasaanmu, kau tidak bisa menutupi semuanya dariku!!! Aku tahu persis sifatmu!! Hhehhehe…sudahlah, kaja!! Latihan sudah akan dimulai!”, katanya menarik tanganku. Untung saja tadi aku sudah mengenakan kaos dari rumah, jadi tidak usah bersusah payah ganti baju terlebih dahulu diruang ganti.
Selama latihan berlangsung, kadang terlintas kejadian tadi malam. Aissh~ galau sekali rasanya. Apalagi aku sama sekali belum menemukan sae rin. Semenjak tadi pagi ia sudah meninggalkan aku begitu saja tanpa konfirmasi yang pasti. Sesekali ku edarkan pandangan kesekeliling. Belum juga kutemukan sosoknya. Kulirik ponselku disela-sela istirahat. Sama sekali tak ada tanggapan dari sae rin. Padahal aku sudah mengirimkan begitu banyak message untuknya, tapi tak satupun dibalas.
“Donghae~a….sepertinya kau kurang konsentrasi. Dance mu terlihat sedikit payah!!”, ujar hangeng mendekatiku sambil meneguk air minum dari botolnya.
“Biasanya kau hebat dalam hal ini, akhir-akhir ini kau kurang serius berlatih!!”, ujar eunhyuk. ikut menimpali. Aku menatap mereka berdua sambil menghela nafas.
“Mianhae!! Aku akan berusaha lagi!! Jeongmal mianhae!”, jawabku. Tiba-tiba teuki hyung menghampiriku dan menyuruhku berdiri. Ia menarikku ke ujung ruangan.
“Aku tahu, kau pasti sedang memikirkannya. Meskipun aku tidak tahu menahu tentang masalah yang akhir-akhir ini kau hadapi, tapi ku mohon, semua itu jangan kau jadikan alasan untuk membuatmu menelantarkan pekerjaanmu. Arajji?? Ayolahhh!! Kau harus bersemangat!! ”, teuki hyung berkata pelan padaku, mencoba membuatku lebih bersemangat. Aku mengangguk menyadari perilakuku akhir-akhir ini.
“Ya!! Kalian punya waktu satu jam untuk beristirahat sebelum nanti kita berangkat untuk gladibersih!!”, teriak pelatih tiba-tiba kemudian keluar dari ruangan.
“Hmmm, kaja!! Kau mau beristirahat di atap?? Sambil minum softdrink!! Yah, aku juga tak keberatan kalau kau cerita!!”, tawar teuki sambil tersenyum tipis.
Diatap, aku duduk memegang sekaleng softdrink sambil bercerita panjang lebar pada teuki hyung. Menceritakan semuanya, termasuk kejadian tadi malam. Teuki hyung begitu sabar mendengarkan ceritaku, sambil sesekali berceloteh idiot. Mungkin ia hanya bermaksud sedikit melenturkan suasana hatiku saat ini.
“ahahaha….kau sudah sedikit beranjak dewasa rupanya!! Ahahaha!!!”, tawanya, kemudian disambut oleh pelototanku lagi. Pikirku ini tidak lucu, aku begitu sedih menceritakannya, dan ia bertingkah seolah-olah sedang mendengarkan dongeng komedi dari mulutku. Lalu kemudian ia mengacak-acak rambutku.
“Lihat tatapan matamu itu, aku takut melihatnya…hahahah…”, ledeknya lagi. “Hmmhhhh….”, kemudian ia menghela nafasnya sambal menatap kebawah, memandangi orang-orang yang tengah sibuk mempersiapkan peralatan untuk keperluan konser kami malam ini. “hyung mengenalmu dari kecil, jadi hyung tau persis semua sifatmu. Apa hanya karena masalah ini kau menyerah??”, tanyanya dan membuatku bungkam. Kemudian ia menepuk pundakku. “Sae Rin gadis yang baik, aku tau dia tidak akan marah padamu! Jadi kau tenang saja!! Jangan kau campur adukkan perasaanmu, itu hanya akan membuat masalahmu semakin terasa runyam! Meskipun sae rin menyukai yoochun, tapi itu bukanlah suatu masalah!! Itu dalah hak setiap manusia, untuk mencintai dan dicintai!”, kata teuki tenang.
“hahh??.....ke..kenapa hyung bias tau kalau laki-laki yang disukai Sae Rin itu Yoochun??? Bukankah aku belum menceritakannya padamu???”, tanyaku kaget setelah mendengar kata-katanya yang terakhir.
“Pabo issoyo!!! Aku memperhatikan kalian bertiga!!! Aku melihatmu selalu menatap Sae rin, tanpa sadar aku akhirnya ikut mengikuti pandanganmu itu, dan kulihat Sae rin berlaku hal yang sama kepada Yoochun. Hahaha, sungguh kisah cinta segitiga yang rumit!!!”, ungkapnya gamblang. “Hahah, jangan sampai kalau ternyata yoochun malah memandangimu, hihhhh, sungguh mengerikan pastinya”, katanya bergidik. Kemudian aku tersenyum kecil.
“Coba lihat wajahmu sudah lebih baik sekarang!! Lihat burung-burung itu, gembira sekali melihat senyummu…hahahhahaha”, ledeknya lagi.
“Hyung, gomawo!!”, kataku.
“…..hahahaha….hwaiting!!! aja-aja!!! Semangat!!! Ganbatte ne!!! jia you”, ucapnya bertubi-tubi dengan bahasa yang berbeda-beda. Aku beruntung mempunyai kawan sepertinya ia sudah seperti kakakku sendiri. Menjagaku semenjak appa pergi dariku. Teuki hyung selalu tau setiap inci perasaanku.
.: Sae Rin POV :.
Aku bingung, aku tidak tau harus bagaimana, nan ottoke mollayo!!! Semalam tiba-tiba saja donghae mengungkapkan cintanya untukku. Dan tidak hanya itu, ia juga menciumku. Aku sengaja tidak ingin pergi menemuinya, ataupun berangkat bekerja. Aku ingin mengunjungi kakekku di busan. Sekalian mencari penjernihan pikiran.
Kubuka poneselku saat aku tiba di busan. Begitu banyak message yang tertera di layar ponsel.
“donghae oppa??”, gumamku.
Aku menjadi bingung dan serba salah. Tiba-tiba saja ponselku bergetar, ‘rrrtttrrrtttrrrrrrr’, kutatap layar ponselku, kemudian langsung mengangkatnya.
“ah, ne…yeoboseyo!!!...a…nugu???....ah…..”.
.: Donghae POV :.
Gladibersih kali ini, aku mulai serius. Kusingkirkan sejenak masalah yang masih membelit dan memeras otakku. Saat latihan selesai aku pergi ke ruang ganti untuk mengambil handukku. Untuk kemudian mandi dan langsung berganti kostum. Lumayan lama, mengantri mandi, tidak heran, digedung ini hanya tersedia 5 kamar mandi untuk kami. Sedangkan kami ber 18. waktu yang sempit membuat semuanya begitu ribut, membuat ulah-ulah konyol disana-sini.
.:[Author POV]:.
“Hyung!!! Kebakarannnn!!” teriak eunhyuk usil saat teuki tengah mandi didalamnya.
“aisshhh~ keumanhae!!! Kau mengganggu ritual semediku!!!”, teriaknya dari dalam. Dan membuat orang orang tertawa.
“Hangeng lama sekali didalam!!” teriak heechul dengan gayanya yang seperti biasa.
“Hahaha, dia memang lama!!! Lebih lama dari teuki hyung!! Lihat saja, pasti didalam dia sedang mandi kembang!!”, ledek kangin dan disambut oleh iringan tawa yang lainnya.
“Bagaimana kalau kita mandi sama-sama, untuk memepersingkat waktu”, celoteh junsu tiba-tiba.
“Ihhhh, jijay!! Pasti hyung mau macam-macam padaku!!!”, changmin menimpali sambil menutupi dadanya. Semuanya tertawa lagi.
“Aigo, aku tidak mengajakmu!! Aku mengajak siwon yang lebih seksi darimu!!”, ujar junsu. Siwon langsung mengangkat alisnya sebelah dengan ekspresi yang aneh. Tak pelak hal itu memancing gelak tawa yang riuh di dalam ruangan.
“Hey, boleh juga itu!! Aku mau!! Tapi aku ingin mandi dengan donghae!!”, teriak eunhyuk.
“M…mwo???”, Donghae kaget mendengarnya. “kau tidak akan tahan melihat tubuh seksiku!!”, ucap donghae ikut terbawa suasana.
“ahahahah!!! Maka dari itu!! Aku ingin melihatnya!!!”, tanggap eunhyuk, dan membuat donghae berlari geli melihat ekspresi eunhyuk yang seolah-olah ingin memakannya.
“ya!! Keumanhae!!! Andwae!!!”, jerit donghae sambil tertawa.
“Hey hey, akan kubantu melucuti bajunya!!!” usul yesung.
“ya!! Hyung!!! Andwae!! Aku ini masih murni dan orisinil hyung!!!”, donghae mencoba bersembunyi dibalik tubuh kyuhyun. Semuanya tertawa sermakin riuh dan keras sambil memegangi perutnya saat melihat tingkah-tingkah konyol yang mereka lakukan sendiri.
“…ribut sekali kalian!!”, kata shindong tiba-tiba saat keluar dari kamar mandi.
“Cepat sekali kau, belum ada tiga menit kau didalam!!”, kata sungmin heran.
“Ahhh, kau seperti tidak tahu shindong saja!! Dia itu mandi seperti bebek…kwek…kwek…kwek…kecipak…kecipak….kwek!! Selesai!!!”, tawa eunhyuk sambil menirukan gaya bebek.
“Haisssshh~”, shindong menjitak kepala eunhyuk.
“Sudah sudah!! Keumanhae!! Ayo siapa selanjutnya, ppali, sempit sekali waktunya!”, ucap teuki kemudian yang juga baru saja keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk.
“Aaaa….hyung!!!”, kata sungmin usil dengan tatapan nakal.
“Hehhh?? Mau apa kau??”, teriak teuki mengeratkan handuknya kemudian berlari secepat kilat keruang ganti. Lagi-lagi diiringi gelak tawa yang gaduh oleh mahluk-mahluk usil itu.
“Aku duluan ya!!”, ujar ryeowook memasuki kamar mandi, kemudian langsung menutupnya.
“Ahhh, currranggggg!!! Aku yang duluan!!!”, jerit eunhyuk.
“Sudah!!! Sudah!!! Jangan meratap seperti itu!! Kau disana!! Yoochun sudah selesai!!”, jawab kyuhyun menenangkan.
“Donghae, kau duluan saja!!”, kata yesung saat yunho baru saja keluar dari kamar mandi. Donghae mengangguk dan segera masuk.
“Hey, kenapa kalian tadi heboh sekali??”, tanya yunho.
“Tadi eunhyuk hampir saja melucuti donghae!! Dan junsu juga ingin mandi bersama siwon….hahahaha”, ujar sungmin sambil tertawa.
“Haha, ada-ada saja kalian ini. Baiklah, aku duluan!”, kata yunho meninggalakan ruangan itu.
.: Donghae POV :.
Ahhh, kepalaku sudah sedikit dingin sekarang. Segar sekali rasanya setelah mandi. Segera kukeringkan tubuhku, lalu kemudian berganti baju. Iseng kubuka ponselku, ternyata begitu banyak panggilan tak terjawab. Saat aku ingin meniliknya, ponselku tiba-tiba bergetar ‘rrrtrrrrtrrrrrrrrrttrrrr’. Spontan langsung kuangkat tanpa memperhatikan nama yang tertera.
“Yeoboseyo!!!”, jawabku langsung.
“Oppa!!!”, suara itu menjawab dari seberang telpon, aku kenal betul suara ini.
“..Sae…Sae Rin???”, tanyaku kaget.
“Oppa!! Mianhae!!”, jawabnya.
“Ani….seharusnya aku yang berkata seperti itu. Mianhae!! Maafkan oppa!! Jeongmal mianhae!!”, kataku menunduk melirihkan suaraku.
“He?? Wae guraeyo??? Aku tidak pernah marah pada oppa, aku tahu oppa tidak sengaja melakukannya”.
“…..”, aku hanya terdiam mendengar suaranya.
“Kenapa denganmu oppa?? Kau harus bersemangat!!! Latihanlah dengan sungguh-sungguh!!! Jangan sampai mengecewakan para penggemarmu. Kalau kau bertindak ceroboh maka aku akan menjewer kupingmu!!”, katanya dengan nada suara yang lucu.
“Haha, odi ga??”, tanyaku. Tapi dia tiba-tiba memutuskan sambungannya. “?? Yeoboseyo???”, aku sedikit kecewa.
“oppa!!!”, sebuah suara itu tiba-tiba muncul dari belakangku, dan mengagetkanku. Kubalikkan badan dan mendapati Sae rin berdiri dihadapanku dengan nafas terengah-engah. Rasa gagu menyerangku tiba-tiba. Hanya mataku yang sanggup menyapanya.
“Ini, untuk oppa!!”, katanya menyerahkan sebuah kotak bekal padaku. “Bukankah aku sudah berjanji akan membuatkan oppa bekal setiap hari!!”, senyumnya padaku. Seolah tak pernah terjadi apa-apa semalam.
“..a…”, lidahku masih kelu.
“Atau oppa mau aku menyuapimu???”, tawarnya kemudian dan mengambil kotak itu dari tanganku, kemudian membukanya dan menyuapkan kimbap besar ke mulutku.
“Ottoke?? Masitta??”, tanyanya, lalu akupun mengangguk. Pasti tampangku saat ini lucu sekali. Kedua pipiku bergelembung karena ukuran kimbap yang besar itu didalam mulutku.
“Mianhae!!”, kataku, dengan susah payah karena desakan kimbap dimulutku.
“Sudahlah oppa!! Aku sudah memaafkanmu, itu hanya suatu ketidak sengajaan”, katanya tenang, terlihat gurat yang berbeda teukir diwajah manisnya saat mengucapkannya.
“Ani….sejujurnya, itu bukan suatu ketidak sengajaan”, ungkapku pelan.
”Nde??”, tanyanya kaget.
“apa yang kuucapkan tadi malam pun bukanlah suatu kebohongan!”, jawabku sambil menatap matanya. Ada sedikit keterkejutan didalamnya.
‘…???”.
“Jeongmal….jeongmal saranghae….neomu saranghae!!!”, ungkapku lagi dengan berani. Aku tidak mau dianggap pengecut sebagai seorang pria.
“…Oppa…”, dia balas menatap mataku.
“Oppa tidak ingin berlama-lama dengan perasaan yang terpendam ini!!”, ungkapku.
“kundae….”, sae rin menunduk dalam.
“Jebal!! Beri aku kesempatan untuk membuatmu bahagia, dan membuatmu mencintaiku!! Aku tidak akan memaksamu melupakan yoochun dengan cepat, tapi aku akn berusaha utnuk itu, berusaha membuatmu perlahan melupankannya, kemudian bias mencintaiku juga”, kataku sambil megang bahunya lembut. Sae rin masih terdiam, begitu lama ia mendiamkanku dalam perasaan yang bimbang.
“…e…oppa…lakukanlah yang terbaik!! Kau harus tampil baik agar tidak mengecewakan orang-orang yang akan hadir malam ini….”, ujarnya sambil melepaskan tanganku. Kemudian pergi, namun tiba-tiba ia berbalik.
“Kalau kau tampil baik, mungkin aku akan coba mempertimbangkannya….”, sae rin tersenyum manis, kemudian berlalu pergi.
Entah mengapa, tiba-tiba semangatku mulai timbul dan membuat jantungku berdegup kencang. Apakah ini suatu pertanda baik untukku???
.: Yoochun POV :.
Kulihat gadis itu baru saja keluar dari ruang ganti. Bukankah ia Sae Rin?? Gadis yang selalu membuat masalah denganku??? Untuk apa dia kemari?
Tak lama, menyusul donghae keluar dari ruangan itu, raut wajahnya berbeda, ia terlihat lebih bersemangat sekarang. Ahhh, masa bodoh!! Kenapa aku harus memikirkannya. Hanya buang-buang waktu saja.
“Ya, Yoochun~ah!! Cepat ganti kostummu!!”, kata seorang penata rias padaku.
“Yoochun~ah!! Apa orang tuamu juga akan dating untuk melihatmu??”, tanya jaejoong.
“molla!!”, jawabku.
“Bagaimana dengan Yoora?? Dia pasti dating untuk melihat kakaknya yang tercinta ini!!”, celetuk yunho. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
“ya!! Changmin~a kenapa kau hanya diam saja daritadi???”, tanya junsu.
“Aku sedang konsentrasi!!”, ujarnya singkat.
“Aisshh~ kau masih marah dengan yoochun??”, tanya yunho menghampiri changmin yang sedang mengenakan accessories sambil membenarkan tata rambutnya.
“Ayolah!! Kalian tidak boleh seperti ini. Ayo berbaikan!!”, paksa yunho sambil menarik tanganku untuk menjabat tangan changmin.
“Mianhae!!” ucapku. Changmin menatapku, lalu tersenyum.
“na do mianhae hyung!!”, kemudian changmin memelukku.
“Ah, aku bahagia sekali melihatnya!!”, kata junsu berkaca-kaca.
“Dasar!! Berlebihan kau!!”, ejek jaejoong.
.: [Author POV] :.
Waktu menunjukkan tepat pukul 8 malam. Saatnya mereka bersiap untuk menunjukkan perform terbaik mereka malam ini. Seorang lelaki berwajah tampan dan berperawakan tinggi membawakan acara malam itu.
“Hongki~ah!! Kau juga bersiap, sebentar lagi kau harus masuk panggung dan membuka acara!!”, perintah panitia penyelenggara acara.
“Ne…arasseo ahjusshi!”, hongki mengangguk mantap, sambil membenarkan kerah bajunya dan sebentar berkaca.
Suara gemuruh penonton memenuhi gedung itu, mereka semua tak sabar menantikan kemunculan idola mereka beraksi lincah di panggung besar nan megah dan tertata dengan rapi.
“Annyeong Haseyo!!!”, ucap hongki lantang saat memasuki panggung, ditemani seorang wanita cantik yang menjadi pendamping acara juga.
“Annyeong haseyo!! Hehe….apa kalian disini sudah bersemangat??”, Tanya wanita cantik itu pada semua penonton. Dan semua penonton pun bersorak sorai semakin riuh.
“Yaaaa……yyyaaaa….hwa…..hahh…ya….”, teriakan-teriakan penonton.
“Ah, bukan hanya kalian yang bersemangat disini, saya juga lho sebenarnya. Saya senang bias menjadi pemandu acara idola-idola saya malam ini. Hahaha”, hongki tertawa ceria membuat penonton semakin santai. ”Dan saya juga senang sekali karena malam ini ditemani wanita cantik Yoon Eun Hye noona!!! Bukankah malam ini dia terlihat sangat cantik?? Benar kan??”, Tanya hongki pada penonton dan membuat suara penonton yang bersahutan semakin riuh. Yoon eun hye hanya tersipu malu mendengar pernyataan hongki.
“Hongki~ah, jangan seperti itu! Kau akan membuat noona malu!! Ahaha…”, eun hye melirik manis pada hongki.
“mian noona…!” hongki menundukkan badannya sambil tertawa. “Ehemm, baiklah apa kalian disini sudah tidak sabar melihat penampilan para kembaranku disini???”, gaya hongki pun keluar. Kata-katanya barusan langsung disambut teriakan penonton lagi. “ ahahaha, kalian ini! Sama sekali tidak ingin membuatku senang sedikit. Hahahahaha!!”.
“Mana bisa kau menyamakan dirimu dengan mereka?? Kau ini malah lebih tampan dari mereka!!”, celetuk eun hye. Membuat suasana semakin riuh. Hongki tetrtawa terbahak saat mendengarnya. Para penonton hanya berteriak-teriak aneh menanggapinya. Mereka senang dengan tingkah hongki yang menyemangatkan suasana.
“noona!! Kenapa sekarang giliran noona yang memujiku? Aku kan jadi malu!!”, ucap hongki dengan gaya aegyeo nya.
“Hihihi, lihat wajahmu memerah!!! Coba kalian lihat!! Uhh manisnya!!!”, tawa eun hye.
“Ahaha…noona keumanhae, bias mati berdiri disini kalau noona terus memujiku. Ehemmm, daripada kalian melihatku terus, dan hal itu akan membuat ku semakin tampan di mata kalian jadi lebih baik kita mulai saja acarany!”, kata-kata hongki yang narsis tadi membuat sebagian penonton tergelak dan pura-pura muntah melihat tingkahnya. “Ayo, kita sambut first perform tonight….dengan teriakan bersama-sama!!! Han, dul, set,……Suuuuuperrrr Juniooooor( Syupoooo junieoooo)!”, teriakan penonton semakin menggema memenuhi gedung saat satu persatu member super junior keluar dan memasuki arena stage.
“Gyaaaaaaaaaaaaaaa……lee teukkkk!!! Yeppeoooooo…..”, teriak beberapa penonton.
“Siwooooooonnnnnnnn!!! Siwooooonnnnn!!!”, seseorang penonton menaiki bangkunya, sambil merentangkan spanduk bergambar siwon.
“Donghaeeeeeeeeee!!! Saranghaeeeee!!! Donghaeeeee, gwiyeopda!!!!”, teriak bebrapa penonton tak kalah histeris.
”hangengggg!!!! Yesssungggg!!..........(bla-bla-bla)”, tak terkecuali semua member suju di elu-elukan oleh mereka semua yang hadir disitu.
“Annyeong haseyo!!!!!”, teriak ke 13 member bersamaan, kini para penonton berteriak semakin menjadi-jadi.
“kami semua senang sekali, kalian mau hadir dalam acara ini dan melihat pertunjukan kami!! Kami tidak akan mengecewakan kalian!! Gamsadeurigoyo!!!”, ucap teuki lantang membuka percakapan. “Untuk lebih menyemangatkan dan memanaskan suasana, kami akan menyapa kalian terlebih dahulu satu persatu!!”.
“Annyeong!! Jeoneun eunhyuk imnida!! Emmm….E.L.F!!! love you!!!!”,eunhyuk melemparkan ciuman pada penonton. ucapan eunhyuk kontan membuat penonton terbaring lemas mendengarnya.
“Annyeong!! Jeoneun yesung imnida!! Wanna hug me???”, semua penonton bersorak sorai dan menangis saat yesung mengedipkan matanya. *author lebay*
“Annyeong!!! Kibum imnida!! Call me!!!!”, suasana semakin panas, ada juga penonton yang pingsan karena ucapan kibum barusan.
“Annyeong!! Donghae imnida!! I’ll give you my heart!!!”, pernyataan donghae tadi langsung membuat para elf berteriak memukul-mukulkan dadanya.
TBC...
Minggu, 01 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar